Di nomor antrian 9550 aku dipertemukan dengannya duduk semeja. Ia adalah
Santi. Begitu tulisan yang aku eja dan baca di meja yang kemudian aku
taksir sebagai namanya.
Hari itu ia berpakaian abu-abu kombinasi
merah. Dengan rambut agak kemerahan sebahu dibiarkan terurai.
Penampilannya menambah kesan 'glamour' dalam dirinya.
Bibirnya
dilipstik merah. (Mungkin) Sengaja ia poles seperti itu sebagai hadiah
sederhana kepadaku. Berupa senyum manis yang ia umbar sejak pertama kali
kami bertatapan muka, saling bertukar pandangan.
Tapi sayang
seribu sayang, Santi sama sekali tidak (berusaha) mengenalku. Ia terlalu
sibuk dengan pekerjaannya sebagai customer service di salah satu
provider seluler terkemuka.
Namun, lagi-lagi aku dibuat galau
dengan Santi. Saat aku sudah berusaha meninggalkannya berbarengan
dengan mencoba melupakannya, ia kembali memberiku senyum. Sekali lagi.
"Ada lagi yang bisa kami bantu?" Ia bahkan masih sempat bertanya padaku. pertanyaannya bahkan mebuat hatiku bertanya-tanya. Walau berat, ingin rasanya aku menjawab saja, "Bantu aku melupakanmu...".
Memang begitulah semestinya yang aku utarakan padanya. Tapi apa daya, jawaban hanya tinggal diam. Yang aku inginkan hanyalah tak ingin menyusahkan Santi lagi dan memutuskan untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Pertemuan kita.
"Terimakasih...,"
ucapnya lembut. Saat itu matanya juga ikut tersenyum. Namun keindahan
itu hilang seketika kala ia mulai berpaling dengan lelaki lain. Seorang
pengunjung lain lebih tepatnya.
Ah...Santi, aku ini lelaki rapuh...
[Grapari, Grahapena Lt.1, Makassar - Kamis, 19 Desember-10.20 Wita]
*Catatan:
- Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di facebook pribadi.
- Terimakasih atas inspirasi tulisannya teruntuk Santi. Kita memang tidak punya hubungan apa-apa