Tadi,
Senja mampir sejenak menjingga di dalam dada. Bukan luka maupun duka
yang dilukisnya. Hanya menitipkan rupa yang menjelma serupa doa.
Senja adalah wanita. Dan ia telah pergi. Bukan karena hilang ditelan
sore, tapi kembali ke dalam rahim sang ibu. Senja menunggu terlahir
kembali lewat seuntai kata semoga.
18.08 Wita
S.E.N.J.A.
This entry was posted on 19 Maret 2014 and is filed under kuasipuisi,pseudo,sajak. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.