Benteng Rotterdam masih berdiri kokoh di badan jalan kota Makassar. Mengeluhkan kisah, merengkuh sejarah budaya kontemporer. Bangunan tegak nan kokoh memunggungi kota seakan malu menatap zaman yang mulai tergerus era globalisasi.
Archive for 2014
Benteng Pertahanan yang Bertahan dari Gempuran Zaman
Benteng Rotterdam masih berdiri kokoh di badan jalan kota Makassar. Mengeluhkan kisah, merengkuh sejarah budaya kontemporer. Bangunan tegak nan kokoh memunggungi kota seakan malu menatap zaman yang mulai tergerus era globalisasi.
SELAMAT PAGI
SAJAK SALAH FOKUS
Bagaimana rasanya minum kopi pakai garam?
Rasanya manis
dibarengi senyuman
dan dua titik air mata di pipi
Tapi...itu jika hanya dihadapanmu
11.08 pm
KEBANGKITAN SISI KEMANUSIAAN ZOMBIE
Baca selengkapnya » | 1 Comment »
- Judul: WARM BODIES
- Penulis: Isaac Marion
- Penerbit: PT Ufuk Publishing Home
- Cetakan I: Juli 2012
- Tebal: 374 Halaman
SILSILAH
***
Mereka keluarga bahagia. Paling tidak sampai saat ini...
S.E.N.J.A.
Tadi,
Senja mampir sejenak menjingga di dalam dada. Bukan luka maupun duka
yang dilukisnya. Hanya menitipkan rupa yang menjelma serupa doa.
Senja adalah wanita. Dan ia telah pergi. Bukan karena hilang ditelan
sore, tapi kembali ke dalam rahim sang ibu. Senja menunggu terlahir
kembali lewat seuntai kata semoga.
18.08 Wita
NIK(MATI)
Hanya
butuh hitungan menit, beberapa semut hitam pun meregang nyawa di dalam
gelas. Detik-detik sebelum kematian menjemputnya, saya masih melihat
mereka (semut. Red) bergerak lincah -nyaris berenang- mengapung di
permukaan kopi.
Pada akhirnya, saya tidak mau dicap sebagai
manusia yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa tak kurang dari 13
ekor semut. Merekalah yang memilih jalan hidupnya sendiri. Menentukan
cara mati yang pantas untuk sebuah kenikmatan.
20:07 Wita
KLAKSON: Bunyi Pemecah Sunyi
Entah
berapa banyak pengendara yang berpikir bahwa klakson kendaraannya
(motor/mobil) mampu mengurai kemacetan di jalan. Sementara itu, menurut
Wikipedia, Klakson adalah trompet elektromagnetik atau alat yang membuat
pendengarnya waspada dan digunakan untuk memperingati pengendara yang
kurang tertib atau diprediksi akan menyebabkan kecelakaan.
Sial! Pengendara tadi tidak hanya menjengkelkan, tapi juga menyusahkan.
Sampai harus memaksa saya mencari tahu maksud fungsi yang tepat guna.
22:33 Wita
PERTEMUAN IMAGINER
Hanya
hitungan detik kita sudah saling menatap. Tak ada kata. Yang ada hanya
saling bertukar rasa lewat mata. Tapi, kamu tiba-tiba pergi. Tanpa pesan
namun meninggalkan kesan.
Pertemuan kita cukup menggelikan
saat itu, lebih tepatnya mirip sinetron. Selamat jalan...Eh...aku sadar
kita belum berkenalan. Aku bahkan tak yakin kita memang pernah bertemu.
19:51 Wita
KASIH KASIR
Saya
bingung. Sebenarnya wanita yang jadi kasir di ****MART ini mengambil
peran antagonis atau protagonis? Saya hampir saja tertipu dengan
senyumnya. Sampai saya melamun kalap akan rupa yang katanya manis.
Yang saya tahu, kini dunia teater mulai kehilangan aktris handalnya.
Mungkin pemainnya lupa mesti berlakon dimana lagi. Tapi yang paling saya
tahu, dia bersandiwara, mengumbar senyum tak berbicara.
22:28 Wita
KOPI DAN SEBUAH CATATAN
Menyeruput kopi itu membuat penikmat teh iri. Bahkan mengharuskan peminum susu lekas pergi.
#Coffee_Addict - 2
Kopi susu itu abstrak (-mungkin-) mendekati absurd. Entah, bagaimana bisa paduan hitam dan putih mencipta coklat? Kemana lagi abu-abu?
Menenggak kopi hitam itu bunyinya "Sluurrp". Sedang kopi susu tegukannya "Gluuuk". Dari suara menyeruputnya saja sudah beda, pemirsa.
Jadi begini, pahitnya hidup biar kopi yang tentukan. Lampu yang redup belum tentu mencipta kegelapan.
Karena secangkir kopi sudah begitu 'mainstream' untuk dibuat status di jejaring sosial, makanya biar terkesan tampil berbeda tidak ada salahnya gelas kacanya dipecahkan. Lalu kepingannya dijadikan makanan selingan.
Akulah matahari yang membayangkan wajahmu adalah secangkir kopi di pagi hari. Entah wajah siapa.
Saat beranda mulai penuh dengan kopi, malam kan memenjara alasan untuk mimpi yang mati. Lagi...
Malam membuncit. Sebentar lagi langit kan lahirkan senja yang indah di pangkuan kita (-bukan kamu-). Tidurlah! Kopi apapun akan habis di pagi hari.
(Mungkin) Mati salah satu cara meraih kenikmatan tertinggi. Sama ketika beberapa semut hitam harus meregang nyawa dalam kubangan kopi, padahal saya tak bermaksud berbagi gelas dengan mereka.
Kematian itu bukan tragedi, tapi kebutuhan. Mungkin...
Secangkir kopi hitam adalah ucapan selamat pagi yang menyelamatkan diri dari mimpi-mimpi melenakan. Tosss...!
Kopi itu candu. Pagi itu Kamu. Kita yang selalu mampir dalam secangkir kopi tiap pagi. Esok hari...
Kopi malam ini memang tak pekat. Tetapi, sekali lagi tetap bersahabat.
...di bawah langit yang kian menua, ada cangkir yang enggan mendua.
Pernah coba kopi pakai garam? ~ Rasanya manis, dengan senyuman dan dua titik air mata di pipi. *Salah fokus*
Secangkir kopimu dulu pernah membangunkanku. Namun, tetap saja romantika itu kini hanya teringat saat secangkir kopi tercipta dari cangkirku.
#Coffee_Addict - 16
RINDU
Rindu
itu meluas
Menyebar dari utara ke selatan
Melebar dari timur hingga
ke barat
Mencari (mu) untuk bertemu kamu
Denganmu...
*19.19 Wita - Saat Hujan Lagi Lucu-Lucunya
MALAM, HUJAN, DAN DESEMBER
Malam ini hanya ada bincang-bincang
Tentang langit Desember yang gelap
Tak lagi gemerlap tanpa bintang-bintang
Selamat datang hujan dan kenangan
Hati sedang kering sekarang
Kerontang sebelum kemarau menerjang
DIA(M)
Adalah sendiri, yang disederhanakan sebentuk aku
Begitulah aku, yang
bergelut dalam sunyi
Seperti sunyi, yang sepi tanpa aku
-Makassar | 12 Januari 2014-19.14 Wita
AKU DAN (SENYUMAN) SANTI
- Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di facebook pribadi.
- Terimakasih atas inspirasi tulisannya teruntuk Santi. Kita memang tidak punya hubungan apa-apa
NAMAMU DAN PERTEMUAN KITA
Malam itu, pukul 20:17 Wita. Aku datang ke salah satu toko buku di salah satu pusat perbelanjaan Makassar. Toko dengan sepenggal kata 'media' sebagai namanya.
Setiap bulan sepertinya sudah menjadi agenda wajib bagiku mengunjungi toko buku. Salah satu tempat favoritku, hanya untuk sekadar menyapa jejeran buku yang menunggu untuk dibeli.
Aku menghitung. Hampir 55 menit lamanya aku berjalan dari rak buku yang satu ke rak yang lain. Hingga menemukan buku bacaan yang cocok. Saat itu aku memilih tiga buku bacaan (novel). Semua buku ditulis oleh Mitch Albom.
Merasa sudah cukup dengan buku-buku itu. Kaki-kaki kembali melangkah ke arah kasir, tempat untuk memindahtangankan kepemilikan hak buku dengan barter sejumlah uang sesuai label harga tertentu.
Saat itulah aku dan kamu bertemu. Mungkin selanjutnya lebih mudah menyebutnya pertemuan 'kita'. Aku lelaki dan kamu wanita. Begitulah…
Kamu bekerja sebagai salah satu kasir di toko buku itu. Sebenarnya ada lagi satu teman di sebelahmu yang melakukan hal yang sama denganmu. Tapi entah mengapa aku tiba-tiba saja memilih kamu sebagai orang yang berhak melakukan transaksi pembelian bukuku ini.
Ada satu orang pengunjung yang sedang kamu layani terlebih dahulu, sebelum tiba giliran antrianku. Tapi itu memberi sedikit jeda waktu untuk memvisualisasikan bentuk dirimu dalam pikiranku.
Berseragam dominasi Biru tua dengan gabungan hitam. Wajahmu sedikit bulat dengan tahi lalat di sekitar pipi sebelah kiri.
Riasan make-up sebenarnya hampir menutupi titik hitam itu di pipimu. Tapi, aku tak mau disebut ceroboh untuk melewatkan hal 'semanis' itu. Semanis senyummu tentunya.
Jam di handphone-ku kini menunjukkan Pukul 21.26. Yah...aku masih sempat melihat jam saat akhirnya tiba giliranku bertatapan langsung denganmu.
"Ada kartu membernya?" Itu adalah kalimat yang kali pertama keluar dari mulutmu. Sebenarnya aku sangat menyayangkan dan sedikit menyesal mengapa pertemuan kita diawali dengan pertanyaan seperti itu.
"Mengapa tidak kamu tanyakan namaku lebih dahulu?" Kalimat itu ku siapkan sebagai balasan pertanyaamu. Namun aku terlalu ragu mengutarakannya secara langsung dan ku biarkan hatiku saja yang menjawabnya.
Tapi untung, senyummu masih bisa mengobati rasa sesalku tadi. Manis. Semanis tahi lalat di pipi kirimu. Namun senyummu kelihatan masih malu-malu, sesekali kamu bahkan mengulum bibirmu hanya untuk menyembunyikan senyum itu.
Kini aku tahu namamu. Bisa terlihat dari papan nama yang kamu kenakan di seragam. Pikirku, nama itu mungkin nama sapaanmu. Hanya ada empat gabungan huruf yang merangkai namamu.
Ada waktu sekitar 4 menit yang dihabiskan dalam pertemuan kita. Mungkin kamu akan mengira aku kurang kerjaan karena menjalankan aplikasi stopwatch di handphoneku. Hanya untuk mengukur seberapa lama waktu yang kita habiskan antara aku si pembeli dan kamu sebagai kasir toko buku.
Kini aku pergi meninggalkanmu. Usai transaksi pembelian buku telah selesai dengan pemberian nota sebagai tanda bukti aku telah berhak atas kepemilikan tiga buku.
IMHA. Nama yang singkat. Sesingkat pertemuan kita. Aku ingat itu…
*Catatan:
- Tulisan ini sebelumnya Sudah dipublikasikan di facebook
- Teruntuk Imha. Aku mengagumi hanya sebatas sebagai pemberi inspirasi dalam tulisanku. Tidak lebih. Terimakasih. ;)
AH...
Gerah !
Inspirasi tumpah
Tergeletak tak tahu arah
Kepada siapa harus menyerah?
Sumpah !
Nalarku telah terjarah
Tak mampu berfikir ilmiah
Persetan dengan petuah
Marah !
Perang batin pun pecah
Entah siapa yang bersimbah darah
Kaukah itu serakah?
Sampah !
Dasar makhluk lemah
Hanya sekedar wabah
Keadaan dibuat semakin parah
Masalah !
Sampai kapan kan singgah?
Berhentilah menjamah
Teruslah mendesah
Sudahilah !
Ini bukan berdakwah
Hanya hal yang alamiah
Tuk mencapai sebuah fitrah
Alhamdulillah...
TEMBOK; Antara Bebas dan Terbatas
Tembok yang realistis ini tiba-tiba terasa janggal, mengganggu dan
sebenarnya inilah yang membuat betah berlama-lama dihadapannya;
Kejanggalan ini rupanya terjadi pada tembok yang realistis itu.
Sangat besar, hampir tak ada perspektif pada ketebalan tembok itu;
Bidang tembok dibuat panjang dan lebar sama persis. Semestinya, di sinilah berlaku rumus perspektif itu. Makin jauh, makin menyempit;
Mungkin inilah tawaran dimana memang harus melihat tembok sebagai tembok, bukan sesuatu yang lain;
Memang benar, tembok itu adalah tembok yang memisahkan dua hal yang tak semestinya dipisahkan;
Tembok komunikasi antara kita dan orang lain, tembok antara dunia nyata dan dunia imaji, antara hidup dan kematian;
Inilah kenyataan. Di sana-sini terselip pandangan dimana jika tak
memberikan perspektif ke depan, hanya ada kebebasan dalam keterbatasan
Di sanalah seharusnya bermula. Bukan, ya bukan! Di sinilah awalnya. Dari tembok tetangga sampai jiwa mengembara.
PUISIKAH?
Hai kiranya perasaanku
dimanakah harapanku
sesungguhnya harapan dan pengandaian
adalah melelahkan..
Apa yang luput daripadaku
tidak akan dapat kembali
dengan sesalan dan harapan
begitu pula pengandaian
Dengan lamunan kusakiti hatiku
smoga aku mmberi rasa gembira
kesedihan yg ada dalam diriku
dengan bermacam cita-cita..
aku telah mngetahui
hubunganmu tak diharapkan
akan tetapi aku sendiri
tidak terangkat dengan lamunan..
Takdir Tuhan telah terdahulu
begitu juga keputusan-Nya
kosongkan saja dari hati ini
barangkali dan seandainya
AKSARA CINTA
Tentang cinta
Yang mengejakanmu kata cinta
Meminta lewat kata
Tak menerima karena rasa
Tentang cinta
Yang mencintaimu tanpa [C]
Tidak dengan [I]
Bukan karena [N]
Tidak pula [T]
Dan tanpa [A]
Cinta itu buta huruf…
-Makassar | 14 Januari 2014-21.25 Wita