Siang yang cerah dan panas, perahu sudah bersandar
dan menunggu di pelabuhan Maccini Baji. Sebentar lagi siap mengantarkan kami ke
seberang, menuju Pulau Cambang-cambang. Perahu yang sudah kami pesan sehari sebelum
berangkat ke tempat wisata yang berlokasi di desa Mattiro Baji, kecamatan Liukang
Tupabiring Utara, Kabupaten Pangkep.
Kabupaten Pangkep, selain dikenal salah satu daerah
penghasil ikan bandeng, juga memiliki begitu banyak potensi pariwisata.
Terutama pulau-pulau eksotis yang memiliki keindahannya masing-masing.
Berkunjung ke Pulau
Cambang-cambang, kami menyewa perahu rakyat atau dikenal dengan sebutan jolloro’ dengan tarif Rp150 ribu untuk
pulang pergi ke pulau. Sambil menunggu pemberangkatan,
beberapa orang teman dibantu satu awak yang punya perahu, terlebih dahulu membelikan
dan beberapa persediaan makanan untuk dinikmati di pulau nanti.
Mesin perahu berderu, satu per satu dari kami
sudah mengambil posisi ternyaman masing-masing di perahu yang ukurannya sudah cukup
menampung kami sekitar 17 orang. Selasa,2 Juni lalu, kru FAJAR PENDIDIKAN memang mengagendakan
jadwal liburan ke salah satu destinasi wisata bahari andalan di kabupaten Pangkep
itu.
BERANGKAT. Mengatur posisi di duduk dalam perahu yang akan membawa kami ke Pulau Cambang-cambang |
Tidak cukup lama kami berada di lautan,
sekitar 15 menit, perahu yang kami tumpangi sudah tiba di lokasi yang kami
tuju. Ramai. Begitulah suasana Pulau Cambang-cambang hari itu. Di dermaga sudah
banyak wisatawan lain yang tengah sibuk lalu-lalang untuk mengangkut dan mempersiapkan
barangnya untuk segera menikmati suasana pulau.
Hal yang pertama kami lakukan usai tiba di
dermaga adalah segera mencari tempat yang nyaman untuk kami tempati di pulau itu.
Di sana memang sudah banyak tersedia gazebo yang secara khusus disediakan bagi wisatawan.
Siapa cepat, dia yang dapat. Sepertinya, begitulah
“hukum” yang berlaku di sana jika ingin menempati salah satu gazebo di sana.
Maklum, belum ada peraturan khusus bagi wisatawan untuk menggunakan fasilitas tersebut,
dengan menyewa, misalnya. Kami sendiri memilih salah satu gazebo yang berada di
tepipulau. Itupun sesaat pengguna sebelumnya baru saja berberes dan meninggalkan
tempat tersebut.
Pulau Cambang-cambang saat ini tengah memasuki
tahap revitalisasi. Destinasi wisata di kabupaten ini digadang-gadang bakal menjadi
salah satu kawasan wisata terbesar di Pangkep, bahkan Sulawesi Selatan. Master plan Pulau Cambang-cambang yang
sudah tersebar di internet pun menampilkan betapa megahnya dan banyaknya fasilitas
menarik yang bakal disuguhkan di tempat ini nantinya.
Penginapan di Pulau Cambang-cambang pun bisa digunakan
secara bebas oleh pengunjung. Tempat yang diperuntukkan bagi para wisatawan ini
belum dikomersilkan pemerintah setempat alias masih gratis. “Asalkan melapor dan
meminta izin dulu sebelumnya ke petugas yang berjaga di pulau”. Begitu salah satu
kata pria paruh baya yang menjajakan air tawar ke pengunjung untuk dipakai mandi
usai berenang atau konsumsi air minum.
Setiap pengunjung punya caranya masing-masing
menikmati Pulau Cambang-cambang. Ada yang menggelar lomba karaoke kecil-kecilan
bersama keluarganya, berenang, atau hanya sekadar duduk memanfaatkan nikmat dan
anugerah Tuhan yang dititipkan di pulau itu. Yang paling penting adalah bisa menikmati
ikan bakar yang kami beli sebelum berangkat ke pulau. Semua serba sederhana namun
terasa luar biasa.
Belum selesai juga berenang-renang atau sekadar
bermain air usai menyantap ikan bakar, hujan akhirnya mengguyur Pulau Cambang-cambang.
Bukannya berteduh, kami malah lanjut bermain bola. Apalagi lapangan dan gawangnya
sudah tersedia di sana. Setelah membeli bola plastik, permainan pun dimulai. Hujan
turun cukup lama, tapi kami baru berhenti setelah hujan reda. Lelah memang,
tapi menyenangkan.
Hari sudah sore, kapal yang kami tumpangi sudah
bersandar kembali di dermaga. Bersiap mengantar kami pulang. Namun, beberapa dari
kami memutuskan menetap. Ingin merasakan bermalam di PulauCambang-cambang.Tenda
dan beberapa peralatan penunjang memang sudah disiapkan. Ada lima orang dari
kami yang memutuskan menginap di sana.
NIKMAT. Makan siang di Pulau Cambang-cambang dengan menyantap
ikan bakar yang sebelumnya dibeli di pelabuhan Maccini Baji.
|
Kami mendirikan tenda tidak jauh dari gazebo
yang kami tempati sebelumnya. Tepatnya di bawah lampu penerangan yang ada di
sana. Kami juga bersegera membeli beberapa persediaan makan malam di salah satu
toko yang tersedia. Pasalnya, toko yang ada di Pulau Cambang-cambang bakal tutup
dan pemiliknya pulang ke seberang pulau.
Bisa dibilang, Pulau Cambang-cambang malam itu,
serasa milik kami berlima. Sepi. Hanya desir dan deburan ombak yang menemani
kami yang tengah asyik bermain kartu remi. Tidak banyak kegiatan yang kami
lakukan malam itu. Dinginnya udara membuat kami ngantuk dan bersegera tidur di
dalam tenda dengan tujuan terbangun esok pagi untuk menikmati sunrise. (*)
Menunggu sunrise
(matahari terbit) di Pulau Cambang-cambang.
|