Archive for Maret 2014

SAJAK SALAH FOKUS

No Comments »

Bagaimana rasanya minum kopi pakai garam?
Rasanya manis
dibarengi senyuman
dan dua titik air mata di pipi
Tapi...itu jika hanya dihadapanmu


11.08 pm

KEBANGKITAN SISI KEMANUSIAAN ZOMBIE

Baca selengkapnya » | 1 Comment »

  • Judul: WARM BODIES
  • Penulis: Isaac Marion
  • Penerbit: PT Ufuk Publishing Home
  • Cetakan I: Juli 2012
  • Tebal: 374 Halaman

SILSILAH

No Comments »

Namanya SEPI. Entah siapa orangtuanya. Bagaimana ia hidup, pun masih misteri. Singkat cerita, suatu hari ia bertemu SUNYI. Mereka bahkan memutuskan untuk hidup bersama.

***
Tak ada yang tahu mengapa diberi nama seperti itu. Ia lahir dan tumbuh dengan nama SENDIRI. Ia adalah anak dari SEPI dan SUNYI.

Mereka keluarga bahagia. Paling tidak sampai saat ini...

***
Konon, SENDIRI memadu kasih dengan kekasih hati tak bernama. Dikisahkan, mereka punya buah hati. Panggil saja AKU.

S.E.N.J.A.

No Comments »

Tadi, Senja mampir sejenak menjingga di dalam dada. Bukan luka maupun duka yang dilukisnya. Hanya menitipkan rupa yang menjelma serupa doa.

Senja adalah wanita. Dan ia telah pergi. Bukan karena hilang ditelan sore, tapi kembali ke dalam rahim sang ibu. Senja menunggu terlahir kembali lewat seuntai kata semoga.



18.08 Wita

NIK(MATI)

No Comments »

Hanya butuh hitungan menit, beberapa semut hitam pun meregang nyawa di dalam gelas. Detik-detik sebelum kematian menjemputnya, saya masih melihat mereka (semut. Red) bergerak lincah -nyaris berenang- mengapung di permukaan kopi.

Pada akhirnya, saya tidak mau dicap sebagai manusia yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa tak kurang dari 13 ekor semut. Merekalah yang memilih jalan hidupnya sendiri. Menentukan cara mati yang pantas untuk sebuah kenikmatan.



20:07 Wita

KLAKSON: Bunyi Pemecah Sunyi

No Comments »

Entah berapa banyak pengendara yang berpikir bahwa klakson kendaraannya (motor/mobil) mampu mengurai kemacetan di jalan. Sementara itu, menurut Wikipedia, Klakson adalah trompet elektromagnetik atau alat yang membuat pendengarnya waspada dan digunakan untuk memperingati pengendara yang kurang tertib atau diprediksi akan menyebabkan kecelakaan.

Sial! Pengendara tadi tidak hanya menjengkelkan, tapi juga menyusahkan. Sampai harus memaksa saya mencari tahu maksud fungsi yang tepat guna.



22:33 Wita

PERTEMUAN IMAGINER

No Comments »

Hanya hitungan detik kita sudah saling menatap. Tak ada kata. Yang ada hanya saling bertukar rasa lewat mata. Tapi, kamu tiba-tiba pergi. Tanpa pesan namun meninggalkan kesan.

Pertemuan kita cukup menggelikan saat itu, lebih tepatnya mirip sinetron. Selamat jalan...Eh...aku sadar kita belum berkenalan. Aku bahkan tak yakin kita memang pernah bertemu.



19:51 Wita

KASIH KASIR

No Comments »

Saya bingung. Sebenarnya wanita yang jadi kasir di ****MART ini mengambil peran antagonis atau protagonis? Saya hampir saja tertipu dengan senyumnya. Sampai saya melamun kalap akan rupa yang katanya manis.

Yang saya tahu, kini dunia teater mulai kehilangan aktris handalnya. Mungkin pemainnya lupa mesti berlakon dimana lagi. Tapi yang paling saya tahu, dia bersandiwara, mengumbar senyum tak berbicara.



22:28 Wita

KOPI DAN SEBUAH CATATAN

No Comments »

Ini adalah catatan-catatan singkat tentang kebersamaanku bersama...ehm...Kopi. Ketika hari-hariku diberi kesempatan bercumbu (hanya) berdua dengannya. Entah sejak kapan aku mulai suka dengannya. Sampai saat inipun aku belum bisa menentukan apakah Kopi berjenis kelamin pria atau wanita. Yang aku tahu, Kopi bagai candu, tak ingin dimadu, (mungkin) sama denganmu... *Uhuukk*



#Coffee_Addict - 1
Menyeruput kopi itu membuat penikmat teh iri. Bahkan mengharuskan peminum susu lekas pergi.


#Coffee_Addict - 2
Berbicara tentang kopi, saya lebih suka kopi hitam. Terkesan sederhana, tampil apa adanya. Beda dengan kopi susu yang menurut saya cenderung berpura-pura.
 
#Coffee_Addict - 3
Kopi susu itu abstrak (-mungkin-) mendekati absurd. Entah, bagaimana bisa paduan hitam dan putih mencipta coklat? Kemana lagi abu-abu?

 
#Coffee_Addict - 4
Menenggak kopi hitam itu bunyinya "Sluurrp". Sedang kopi susu tegukannya "Gluuuk". Dari suara menyeruputnya saja sudah beda, pemirsa.

 
#Coffee_Addict - 5
Jadi begini, pahitnya hidup biar kopi yang tentukan. Lampu yang redup belum tentu mencipta kegelapan.

 
#Coffee_Addict - 6
Karena secangkir kopi sudah begitu 'mainstream' untuk dibuat status di jejaring sosial, makanya biar terkesan tampil berbeda tidak ada salahnya gelas kacanya dipecahkan. Lalu kepingannya dijadikan makanan selingan.

 
#Coffee_Addict - 7
Akulah matahari yang membayangkan wajahmu adalah secangkir kopi di pagi hari. Entah wajah siapa.

 
#Coffee_Addict - 8
Saat beranda mulai penuh dengan kopi, malam kan memenjara alasan untuk mimpi yang mati. Lagi...


#Coffee_Addict - 9
Malam membuncit. Sebentar lagi langit kan lahirkan senja yang indah di pangkuan kita (-bukan kamu-). Tidurlah! Kopi apapun akan habis di pagi hari.

 
#Coffee_Addict - 10
(Mungkin) Mati salah satu cara meraih kenikmatan tertinggi. Sama ketika beberapa semut hitam harus meregang nyawa dalam kubangan kopi, padahal saya tak bermaksud berbagi gelas dengan mereka.
Kematian itu bukan tragedi, tapi kebutuhan. Mungkin...

 
#Coffee_Addict - 11
Secangkir kopi hitam adalah ucapan selamat pagi yang menyelamatkan diri dari mimpi-mimpi melenakan. Tosss...!

 
#Coffee_Addict - 12
Kopi itu candu. Pagi itu Kamu. Kita yang selalu mampir dalam secangkir kopi tiap pagi. Esok hari...

 
#Coffee_Addict - 13
Kopi malam ini memang tak pekat. Tetapi, sekali lagi tetap bersahabat.
...di bawah langit yang kian menua, ada cangkir yang enggan mendua.

#Coffee_Addict - 14
Pernah coba kopi pakai garam? ~ Rasanya manis, dengan senyuman dan dua titik air mata di pipi. *Salah fokus*

#Coffee_Addict - 15
Secangkir kopimu dulu pernah membangunkanku. Namun, tetap saja romantika itu kini hanya teringat saat secangkir kopi tercipta dari cangkirku.


#Coffee_Addict - 16
Kopi itu Aku. Pagi itu tentang Kamu. Dan...Kita yang selalu mampir dalam secangkir kopi tiap pagi.

RINDU

No Comments »

Rindu itu meluas
Menyebar dari utara ke selatan
Melebar dari timur hingga ke barat
Mencari (mu) untuk bertemu kamu
Denganmu...
 


*19.19 Wita - Saat Hujan Lagi Lucu-Lucunya

MALAM, HUJAN, DAN DESEMBER

No Comments »

Malam ini hanya ada bincang-bincang
Tentang langit Desember yang gelap
Tak lagi gemerlap tanpa bintang-bintang

Selamat datang hujan dan kenangan

Hati sedang kering sekarang
Kerontang sebelum kemarau menerjang

DIA(M)

No Comments »

Adalah sendiri, yang disederhanakan sebentuk aku
Begitulah aku, yang bergelut dalam sunyi
Seperti sunyi, yang sepi tanpa aku


-Makassar | 12 Januari 2014-19.14 Wita

AKU DAN (SENYUMAN) SANTI

No Comments »

Di nomor antrian 9550 aku dipertemukan dengannya duduk semeja. Ia adalah Santi. Begitu tulisan yang aku eja dan baca di meja yang kemudian aku taksir sebagai namanya.

Hari itu ia berpakaian abu-abu kombinasi merah. Dengan rambut agak kemerahan sebahu dibiarkan terurai. Penampilannya menambah kesan 'glamour' dalam dirinya.

Bibirnya dilipstik merah. (Mungkin) Sengaja ia poles seperti itu sebagai hadiah sederhana kepadaku. Berupa senyum manis yang ia umbar sejak pertama kali kami bertatapan muka, saling bertukar pandangan.

Tapi sayang seribu sayang, Santi sama sekali tidak (berusaha) mengenalku. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai customer service di salah satu provider seluler terkemuka.

Namun, lagi-lagi aku dibuat galau dengan Santi. Saat aku sudah berusaha meninggalkannya berbarengan dengan mencoba melupakannya, ia kembali memberiku senyum. Sekali lagi.

"Ada lagi yang bisa kami bantu?" Ia bahkan masih sempat bertanya padaku. pertanyaannya bahkan mebuat hatiku bertanya-tanya. Walau berat, ingin rasanya aku menjawab saja, "Bantu aku melupakanmu...".

Memang begitulah semestinya yang aku utarakan padanya. Tapi apa daya, jawaban hanya tinggal diam. Yang aku inginkan hanyalah tak ingin menyusahkan Santi lagi dan memutuskan untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Pertemuan kita.

"Terimakasih...," ucapnya lembut. Saat itu matanya juga ikut tersenyum. Namun keindahan itu hilang seketika kala ia mulai berpaling dengan lelaki lain. Seorang pengunjung lain lebih tepatnya.

Ah...Santi, aku ini lelaki rapuh...


[Grapari, Grahapena Lt.1, Makassar - Kamis, 19 Desember-10.20 Wita]



*Catatan:
  • Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di facebook pribadi.
  • Terimakasih atas inspirasi tulisannya teruntuk Santi. Kita memang tidak punya hubungan apa-apa

NAMAMU DAN PERTEMUAN KITA

No Comments »

Pertemuan ini tentu sudah diatur sedemikian rupa. Menulis kisah pertemuan kita adalah suatu hal luar biasa bagiku biar aku tak lupa. Aku selalu ingin tak pernah lupa pada rupa yang terlukis lewat jumpa.



Senin, 30 Desember 2013. Aku sengaja mencatat tanggal pertemuan kita dalam telepon genggamku, mengingatnya dalam otakku, dan tanpa sepengetahuanmu.

Malam itu, pukul 20:17 Wita. Aku datang ke salah satu toko buku di salah satu pusat perbelanjaan Makassar. Toko dengan sepenggal kata 'media' sebagai namanya.

Setiap bulan sepertinya sudah menjadi agenda wajib bagiku mengunjungi toko buku. Salah satu tempat favoritku, hanya untuk sekadar menyapa jejeran buku yang menunggu untuk dibeli.

Aku menghitung. Hampir 55 menit lamanya aku berjalan dari rak buku yang satu ke rak yang lain. Hingga menemukan buku bacaan yang cocok. Saat itu aku memilih tiga buku bacaan (novel). Semua buku ditulis oleh Mitch Albom.

Merasa sudah cukup dengan buku-buku itu. Kaki-kaki kembali melangkah ke arah kasir, tempat untuk memindahtangankan kepemilikan hak buku dengan barter sejumlah uang sesuai label harga tertentu.

Saat itulah aku dan kamu bertemu. Mungkin selanjutnya lebih mudah menyebutnya pertemuan 'kita'. Aku lelaki dan kamu wanita. Begitulah…

Kamu bekerja sebagai salah satu kasir di toko buku itu. Sebenarnya ada lagi satu teman di sebelahmu yang melakukan hal yang sama denganmu. Tapi entah mengapa aku tiba-tiba saja memilih kamu sebagai orang yang berhak melakukan transaksi pembelian bukuku ini.

Ada satu orang pengunjung yang sedang kamu layani terlebih dahulu, sebelum tiba giliran antrianku. Tapi itu memberi sedikit jeda waktu untuk memvisualisasikan bentuk dirimu dalam pikiranku.

Berseragam dominasi Biru tua dengan gabungan hitam. Wajahmu sedikit bulat dengan tahi lalat di sekitar pipi sebelah kiri.

Riasan make-up sebenarnya hampir menutupi titik hitam itu di pipimu. Tapi, aku tak mau disebut ceroboh untuk melewatkan hal 'semanis' itu. Semanis senyummu tentunya.

Jam di handphone-ku kini menunjukkan Pukul 21.26. Yah...aku masih sempat melihat jam saat akhirnya tiba giliranku bertatapan langsung denganmu.

"Ada kartu membernya?" Itu adalah kalimat yang kali pertama keluar dari mulutmu. Sebenarnya aku sangat menyayangkan dan sedikit menyesal mengapa pertemuan kita diawali dengan pertanyaan seperti itu.

"Mengapa tidak kamu tanyakan namaku lebih dahulu?" Kalimat itu ku siapkan sebagai balasan pertanyaamu. Namun aku terlalu ragu mengutarakannya secara langsung dan ku biarkan hatiku saja yang menjawabnya.

Tapi untung, senyummu masih bisa mengobati rasa sesalku tadi. Manis. Semanis tahi lalat di pipi kirimu. Namun senyummu kelihatan masih malu-malu, sesekali kamu bahkan mengulum bibirmu hanya untuk menyembunyikan senyum itu.

Kini aku tahu namamu. Bisa terlihat dari papan nama yang kamu kenakan di seragam. Pikirku, nama itu mungkin nama sapaanmu. Hanya ada empat gabungan huruf yang merangkai namamu.

Ada waktu sekitar 4 menit yang dihabiskan dalam pertemuan kita. Mungkin kamu akan mengira aku kurang kerjaan karena menjalankan aplikasi stopwatch di handphoneku. Hanya untuk mengukur seberapa lama waktu yang kita habiskan antara aku si pembeli dan kamu sebagai kasir toko buku.

Kini aku pergi meninggalkanmu. Usai transaksi pembelian buku telah selesai dengan pemberian nota sebagai tanda bukti aku telah berhak atas kepemilikan tiga buku.

Nota pemberian darimu itu bagai surat singkat yang kau tuliskan padaku. Yang isinya secara tersirat kamu menginginkan aku pergi meninggalkan dan 'melayani' lelaki yang lain daripadaku. Mungkin pernyataan itu bahkan terlalu kasar buatku.

Kini, aku pergi tanpa menoleh lagi kepadamu. Tanpa membalas nota yang aku anggap surat pemberianmu tadi. Dan aku pun tahu, kamu takkan menyempatkan diri melihat punggungku yang akan hilang dari pandanganmu.

IMHA. Nama yang singkat. Sesingkat pertemuan kita. Aku ingat itu…




*Catatan:
  • Tulisan ini sebelumnya Sudah dipublikasikan di facebook
  • Teruntuk Imha. Aku mengagumi hanya sebatas sebagai pemberi inspirasi dalam tulisanku. Tidak lebih. Terimakasih. ;)

AH...

No Comments »

Gerah !
Inspirasi tumpah
Tergeletak tak tahu arah
Kepada siapa harus menyerah?

Sumpah !
Nalarku telah terjarah
Tak mampu berfikir ilmiah
Persetan dengan petuah

Marah !
Perang batin pun pecah
Entah siapa yang bersimbah darah
Kaukah itu serakah?

Sampah !
Dasar makhluk lemah
Hanya sekedar wabah
Keadaan dibuat semakin parah

Masalah !
Sampai kapan kan singgah?
Berhentilah menjamah
Teruslah mendesah

Sudahilah !
Ini bukan berdakwah
Hanya hal yang alamiah
Tuk mencapai sebuah fitrah

Alhamdulillah...

TEMBOK; Antara Bebas dan Terbatas

No Comments »

Tembok yang realistis ini tiba-tiba terasa janggal, mengganggu dan sebenarnya inilah yang membuat betah berlama-lama dihadapannya;

Kejanggalan ini rupanya terjadi pada tembok yang realistis itu. Sangat besar, hampir tak ada perspektif pada ketebalan tembok itu;

Bidang tembok dibuat panjang dan lebar sama persis. Semestinya, di sinilah berlaku rumus perspektif itu. Makin jauh, makin menyempit;

Mungkin inilah tawaran dimana memang harus melihat tembok sebagai tembok, bukan sesuatu yang lain;

Memang benar, tembok itu adalah tembok yang memisahkan dua hal yang tak semestinya dipisahkan;

Tembok komunikasi antara kita dan orang lain, tembok antara dunia nyata dan dunia imaji, antara hidup dan kematian;

Inilah kenyataan. Di sana-sini terselip pandangan dimana jika tak memberikan perspektif ke depan, hanya ada kebebasan dalam keterbatasan

Di sanalah seharusnya bermula. Bukan, ya bukan! Di sinilah awalnya. Dari tembok tetangga sampai jiwa mengembara.

PUISIKAH?

No Comments »

Hai kiranya perasaanku
dimanakah harapanku
sesungguhnya harapan dan pengandaian
adalah melelahkan..

Apa yang luput daripadaku
tidak akan dapat kembali
dengan sesalan dan harapan
begitu pula pengandaian
Dengan lamunan kusakiti hatiku
smoga aku mmberi rasa gembira
kesedihan yg ada dalam diriku
dengan bermacam cita-cita..

aku telah mngetahui
hubunganmu tak diharapkan
akan tetapi aku sendiri
tidak terangkat dengan lamunan..

Takdir Tuhan telah terdahulu
begitu juga keputusan-Nya
kosongkan saja dari hati ini
barangkali dan seandainya

AKSARA CINTA

No Comments »

Tentang cinta
Yang mengejakanmu kata cinta
Meminta lewat kata
Tak menerima karena rasa

Tentang cinta

Yang mencintaimu tanpa [C]
Tidak dengan [I]
Bukan karena [N]
Tidak pula [T]
Dan tanpa [A]

Cinta itu buta huruf…



-Makassar | 14 Januari 2014-21.25 Wita