Archive for November 2016

DOCTOR STRANGE "RASA" SHERLOCK

No Comments »


Baru sempat nonton. Saya masuk studio dalam keadaan deg-degan. Berusaha mengumpulkan kekuatan. Tentu tidak mudah bagi saya yang duduk di kursi A-18, melihat kembaran sendiri bermain sebagai pemeran utama dalam film ini. Hahaha! Oke, maafkan saya atas pikiran kotor tadi. Mari kita kembali ke jalan yang benar...

Siapa yang tidak kenal Benedict Cumberbatch? Dengan akting yang mumpuni dan wajah yang gagah, membuatnya popular di kalangan banyak wanita. Tapi sayang sekali, saya tidak sedang mau menceritakan dan membahas lebih jauh sisi itu.

Benedict Cumberbatch adalah Doctor Strange "rasa" Sherlock. Dalam serial TV detektif yang ia bintangi, karakter yang diperankannya mirip dalam film superhero ini: cerdas, ambisius, narsis, keras kepala—dan juga jomblo(?). Yap, watak Benedict Cumberbatch yang memerankan Doctor Stephen Strange tidak beda jauh dengan peran Detektif Sherlock yang ia bintangi dalam serial TV.

Sebelumnya saya belum tahu superhero yang satu ini, bahkan melalui komik Marvel sekalipun. Saya tidak begitu tahu karakter Doctor Strange yang sebenarnya. Tapi, pemilihan Benedict Cumberbatch sebagai pemeran superhero itu sangat pas bagi saya. Tidak perlu lagi diragukan lagi akting Benedict Cumberbatch di film ini.

Benedict Cumberbatch saat memerankan Sherlock dalam serial TV yang bercerita tentang detektif.
Tidak hanya itu, efek visualisasinya juga keren. Mengingatkan saya akan film Inception—yang dibintangi Leonardo Dicaprio. Melihat gedung-gedung berubah-ubah memang cukup memusingkan kepala, tapi sudah cukup membuat mata saya berbinar-binar. Tentu saja, efeknya lebih bagus di sini, ketimbang dalam film Inception. Lebih halus.

Beberapa bagian dialognya pun lucu. Humornya segar. Penempatan “joke-joke” berasa tepat di tiap adegan. Acapkali ada kelucuan di balik ketegangan akan aksi Doctor Strange melawan musuh-musuhnya.

Terakhir, ini film superhero produksi Marvel ini. Jadi ya itu, alur cerita dan karakternya cenderung kuat. Agak berbeda dengan “tetangga sebelah” dalam membuat film superhero—yang kadang-kadang kehilangan arah. Hehehe! Memang sih dalam film Doctor Strange ini ditemukan banyak kebetulan-kebetulan yang (sepertinya) memang sengaja diciptakan agar alur cerita tidak terlalu panjang (masalah durasi).

Salah satunya, saat Doctor Strange ke Kathmandu mencari lokasi Kamar Taj. Dalam kebingungan, secara “kebetulan” ada Baron Mordo (Chiwetel Ejiofor) yang mendengar Strange mencari tempat spiritual tersebut. Meski begitu, tetap saja, kebetulan-kebetulan yang saya maksud itu tidak begitu kentara sebagai sebuah kebetulan. Gitu.

Oh iya, mungkin Doctor Strange akan berkecimpung dalam film Avengers atau film Marvel lain berikutnya. Pada bagian extra-scene yang terdapat di pertengahan credit title, di situ Doctor Strange tengah berbincang dengan Thor, salah satu anggota Avengers.

Yah, Oke sip. Ditunggu kelanjutannya...


Kenang - Kangenan

No Comments »

Mahasiswa Kelas C Prodi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro '09. Bergambar bersama sebelum benar-benar jadi calon pengangguran. Hahaha!
Potret pada zaman dahulu kala, ketika para manusia cerdas(?), baru saja terbebas dari belenggu pendidikan bernama perguruan tinggi. Selepas menyelesaikan ujian sidang sebelum menyambut wisuda, para bakal calon pengangguran itu memutuskan berfoto bersama. Tujuannya, supaya hasil cetaknya berguna sebagai pengisi ruang kosong di dompet masing-masing. Hahaha!

Itu di tahun 2012 pada bulan November. Secara administrasi, status kita bukan mahasiswa lagi. Sebulan lagi sejak saat itu, kita tinggal menanti prosesi wisuda sebagai upacara seremoni tak begitu penting. Momen dimana hanya mempertegas status dan posisi kita bahwa bakal lahir calon generasi muda yang (insya Allah) akan menambah beban dan menyusahkan negara.

Kini, empat tahun sudah berlalu sejak wisuda memisahkan masing-masing dari kita. Menjadi manusia merdeka mandiri, lepas tanggungan orang tua, tapi masihkah kita menyusahkan negara? Tentu saja iya. Hahaha!

Tak masalah. Tiap-tiap manusia yang terlukis wajahnya di foto itu telah hidup di jalannya masing-masing. Ada yang sudah menikah, lanjut kuliah, sibuk kerja, dan ada pula yang masih resah karena sibuk kerja tapi belum nikah-nikah.

Akan tetapi, jujur saja saya ungkapkan, Alhamdulillah karena tidak ada dari kita yang sampai saat ini berniat jadi politisi. Hal tersebut tentu bakal menjadikan proses reuni yang suci menjadi tercemar karena diisi perbincangan yang kaku dan membosankan. Terlebih lagi bisa mengancam jalinan pertemanan hanya karena berdebat soal kekuasaan. Jika begitu, cukuplah untuk tetap jadi pengangguran yang menyenangkan saja. Hahaha! *eh*

Sudah ya. Kalian salah kalau bilang kangen tidak butuh banyak energi. Akhirulkalam: selamat menunaikan ibadah kangen!

KEMATIAN JOHNY SANG KECOA

No Comments »

Johny yang terbujur kaku.
Johny, seekor kecoa yang telah meninggalkan dunia. Saya tak tahu pukul berapa tepatnya rohnya diangkat oleh malaikat. Raganya terbaring kaku, masih utuh, dan tubuhnya tak mengeluarkan aroma busuk. Subhanallah! Saya curiga, Johny mati syahid.

Entah peristiwa apa yang saya lewatkan semalam. Dalam tidur, saya tak menyadari bagaimana Johny menghadapi masa sakaratul maut. Tetiba saja, di suatu pagi yang seharusnya indah, saya menemukan tubuhnya terbalik tak bernyawa—tanpa tahu sebab kematiannya. Dia meninggal dalam kesendirian, tanpa didampingi kerabatnya. Kupikir, dunia per-kecoa-an kejam juga. Tega.

Johny telah tiada. Pergi tanpa pesan kepada keluarganya yang kini mungkin sedang sibuk mencari. Tubuhnya tak lagi merasakan dinginnya ubin, cerahnya mentari, dan tak lagi bebas mengepakkan sayap, terbang ke sana-kemari mencari alamat.

Selamat jalan, Johny. Kehadiranmu di dunia ini tak ada yang sia-sia. Paling tidak, semasa hidupmu sebagai kecoa, bisa menjadi pengingat kepada manusia-tak-tahu-diri, bahwa ada sesuatu yang perlu kita waspadai kehadirannya. Sesuatu yang tidak kita sadari, dan membuat dada berdebar-debar saking kagetnya saat kemunculannya. Dan itu kau...Johny—dan juga teman sebangsa kecoamu itu.

Akan tetapi, Johny berbeda dengan kecoa lain. Setidaknya, dia punya nama. Sebuah identitas yang sengaja saya sematkan kepadanya, karena belum sempat kenalan semalam.