Archive for Mei 2017

Semalam Bersama Gaspar

No Comments »


Tidurku semalam nyenyak betul. Menyenangkan sekali membaca novel ini sebagai pengantar tidur. "24 JAM BERSAMA GASPAR" adalah anti-tesa dari sebuah cerita detektif kebanyakan.

Alih-alih menampilkan kesan mengerikan bagi pembaca, bagi saya, ceritanya malah jadi menggemaskan. Ditambah lagi diisi berbagai tokoh yang penamaannya cukup aneh dengan karakter yang ganjil.

Namun, baik tokoh dan peristiwa,dikemas dengan rapi sehingga saya tak perlu membolak-balikkan halaman untuk kembali mengingat-ingat alur kejadian.

Siapapun yang berniat menjadi salah satu tokoh dalam cerita ini, kayaknya hanya menunggu waktu sebelum dirinya menjadi gila.


Dan salah satu kutipan favorit dalam buku: "Semua orang terlahir untuk menjadi keparat, dan siapa pun yang berkata sebaliknya pastilah delusional--atau kalau tidak, ya pendusta kelas berat." (Hlmn. 170)

RAISA (MANTAN TERINDAH)

No Comments »

sumber foto: instagram

Tulisan ini bukan dalam rangka ikut-ikutan menanggapi tulisan adek Afi maupun kakak Gilang yang--katanya--lagi numpang tenar dengan mengkritik tulisan perempuan muda yang tengah duduk di bangku SMA itu.

Ada perihal yang lebih kompleks dari bahasan itu saya kira. Bukan urusan yang jauh dari singgungan soal agama yang memantik sumbu di kepala. Tetapi, murni perkara cinta yang gaungnya bikin sesak dada. Ini soal kabar pertunangan Raisa!

Tanpa mengurangi kegalauan saya, izinkan saya mengucapkan selamat berbahagia atas pertunangan Raisa dengan lelaki-yang-tidak-disebutkan-namanya. Ucapan yang ingin kuutarakan langsung lewat video call, tapi sayang nomor HP-nya pun saya tak punya. Ungkapan tak ikhlas yang sebenarnya ingin saya sampaikan melalui DM (direct message) via instagram atau twitter milik Raisa, namun khawatir tak dijawabnya.

Jadi, demi meminimalisir rasa sakit hati berkelanjutan, saya tuliskan saja di sini. Raisa sepertinya tak punya waktu untuk sekadar membaca pesan personal dari salah satu dari sekian ratus juta penggemarnya di seluruh tanah air Indonesia.

Sebagai salah satu fans-garis-lembut Raisa, saat ini saya berada dalam keadaan yang ambigu. Perasaan jadi cenat-cenut rasanya. Sejak menerima kabar pertunangan ini semalam, makan serasa tak enak, tapi Alhamdulillah tidur tetap nyenyak. Saya bahagia melihat Raisa, lalu menjadi marah tiap kali membaca berita tentang lelaki yang kini bersamanya.

Saya tak ada niat mencaci-maki lelaki-yang-tidak-disebutkan-namanya itu. Tunangan Raisa ini kayaknya hanyalah lelaki kemarin sore. Baru muncul dan mendekati Raisa ketika putus dengan Keenan, saudara Pevita Pearce.

Saya bahkan sudah mengikuti Raisa sejak follower IG-nya masih berkisar di angka 150K. Saya mengaguminya jauh sebelum lagu "Jatuh Hati" diciptakan dan dinyanyikan di banyak televisi swasta. Entahlah, apakah ini sebuah bentuk kesombongan yang pantas dipamer atau tidak, tetapi saya sedang kesal, galau, dan butuh bahu untuk bersandar.

Rasa-rasanya, saya tak sanggup lagi mau bilang apa. Kalau mau lebay, kata-kata, kini...nyaris menjadi air mata. Cinta seakan kehilangan defenisi. Kehilangan ruang untuk sekadar singgah di hati. *omong kosong apa ini?!*

Raisa...adalah kamu yang bikin saya belajar. Seperti bahagia, galau juga sepertinya sederhana; cukup dengan melihat kabar pertunanganmu dengannya.

Mau dikatakan apa lagi, kita tak akan pernah satu. Engkau di sana, aku di sini, meski hatiku memilihmu. Yang telah kau buat sungguhlah indah, buat diriku susah lupa.

Lagu "Mantan Terindah" tidak seperti biasanya. Malam ini, syair dan iramanya serasa bikin pedas telinga, menyayat sanubari di dalam dada, kemudian ingin menangis dari balik jendela. (*)



#HariPatahHatiNasional

*p.s.: tulisan ini tidak untuk ditanggapi atau dikritik. Buang-buang waktu!