Archive for 2014

Benteng Pertahanan yang Bertahan dari Gempuran Zaman

No Comments »


Benteng Rotterdam masih berdiri kokoh di badan jalan kota Makassar. Mengeluhkan kisah, merengkuh sejarah budaya kontemporer. Bangunan tegak nan kokoh memunggungi kota seakan malu menatap zaman yang mulai tergerus era globalisasi.



Pagi menjelang siang, Rotterdam terlihat sepi pengunjung. Hanya pengelola/petugas yang sibuk merawat bahkan membersihkan beberapa bangunan maupun benda-benda purbakala. Sesekali terdengar teriakan segerombolan anak SD memecah sunyi di ujung jalan koridor yang pada pagi itu usai mengunjungi Museum La Galigo. Sebelumnya, di awal pintu masuk gerbang terlihat seorang lelaki dengan cekatannya membersihkan lumut menempel di dinding tembok.

Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam berlokasi di kelurahan Baru, kecamatan Ujung Pandang atau tepatnya di jalan Ujung Pandang Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng Rotterdam sangat mudah dijangkau karena terletak di jalan yang dilalui kendaraan umum, berjarak 500 meter ke arah barat dari lapangan Karebosi.

Paling tidak berdasarkan perjalanan penulis, butuh sekitar 5-10 menit jikalau berangkat mulai Balaikota untuk tiba di lokasi tersebut. Terletak di tepi laut dan berhadapan langsung dengan pantai losari.

Memiliki luas areal 28.595,55 m2 dengan luas keseluruhan bangunan 11.805,85 m2, Benteng Rotterdam denah dasar segi empat dengan pintu besar di sebelah barat menghadap ke laut dan pintu kecil di sebelah timur. Bagian tembok dinding yang tertinggi 7 m dan bagian yang terendah 5 m, dengan ketebalan dinding 2 meter.

Sekilas dinding-dinding tembok benteng berwarna kehijauan. Mencoba menelusur lebih dekat mengitari sepanjang tembok mengitari bangunan-bangunan dalam kawasan benteng, ternyata warna kehijauan adalah lumut yang mulai menyelimuti tembok tersebut.

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang?

Fort Rotterdam adalah nama yang diberikan Belanda setelah memenangkan perang dengan Kerajaan Gowa yang berakhir dengan penandatanganan perjanjian Bongaya, 18 November 1667. Benteng tersebut kemudian dikuasai oleh VOC (Perhimpunan Dagang Hindia-Belanda) dan benteng-benteng pengawal lainnya dihancurkan. Benteng ini kemudian diubah namanya menjad Fort Rotterdam, nama kota tempat kelahiran Gubernur Jenderal VOC, Cornelis Speelman.

Benteng Rotterdam adapula yang menyebutnya Benteng Ujung Pandang. Dinamakan demikian karena letaknya berada di sebuah ‘Tanjung’ yang dalam bahasa Makassar disebut ‘Ujung’ dan pada masa lampau di sekitar benteng banyak ditumbuhi hutan ‘Pandang’. Pandang di kota Makassar berarti Nenas. Dari sinilah cikal bakal penamaan Benteng yang juga kemudian dikenal dengan nama Benteng Rotterdam.

Sumber lisan yang berkembang di masyarakat, adapula yang menyebutnya ‘Benteng Pannyuwa (Penyu)’ karena bentuknya menyerupai Penyu, yang oleh masyarakat Makassar penyu menjadi simbol bermakna jaya di darat dan luat. Penyu merupakan hewan yang dapat hidup di dua alam, yakni di darat dan laut. Ini memberi pengertian bahwa Kerajaan Gowa dulu ingin memegang hegemoni di darat dan di laut.

Kini bangunan yang ada dalam kawasan benteng rotterdam tersebut dapat diidentifikasi dengan penamaan huruf abjad. Tentunya setiap penamaan huruf abjad gedung memiliki fungsi gedung yang berbeda. Pemberian abjad dari jumlah 16 gedung tersebut diberi penamaan A-P.

Secara keseluruhan bangunan dalam kawasan Benteng Rotterdam terdapat sebanyak 16 dimana 1 buah bangunan diantaranya didirikan pada zaman Jepang. Dari 16 gedung, juga diperkuat dengan lima sudut yang disebut Bastion masing-masing 5 Bastion.

Hampir tiap hari Benteng Rotterdam ramai pengunjung namun jika memasuki masa hari kerja, pegawai dari UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Museum La Galigo dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar yang tengah sibuk lalu lalang di koridor gedung. Para pegawai ini memang berkantor di dalam benteng tersebut. Berkeliling memantau kawasan ataukah sesekali memandu pengunjung.

Tapi pagi itu, sebagian pegawai tengah sibuk membersihkan tembok maupun gedung, memindahkan barang purbakala hanya untuk sekedar dibersihkan ataukah memperbaiki bila barang dinilai rusak. Menurut pekerja yang tengah sibuk pada saat itu mengatakan bahwa barang yang diperbaiki tersebut memang sudah saatnya untuk perbaikan, tergantung dari kondisi benda maupun gedung tersebut.

Nilai Estetika Tetap Dijaga

Benteng Rotterdam mulai dibangun pada tahun 1545 pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-IX, Karaeng Tumapa’risi Kallonna dan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-X, bahan dasar dinding pada awal pembangunan adalah dari tanah liat kemudian bertahap berganti dengan bata. Namun pada tahun 1667 pada masa pemerintahan Kolonial Belanda dinding benteng pertama kali mengalami perubahan dari bahan dasar bata menjadi padas.

Seiring berjalannya waktu dan proses perkembangan zaman seolah termakan usia, bangunan di Benteng Rotterdam yang berusia lebih dari empat abad tersebut sejatinya tetap saja butuh pemugaran. Hal ini dilakukan demi menjaga bentuk benteng sesuai sejak pertama kali dibentuk.

“Zaman boleh berubah, tetapi peninggalan zaman tetap dijaga sesuai bentuk aslinya. Oleh karena itu diadakan pemeliharaan dan perawatan secara berkala. Perawatan ini dilakukan tergantung dari kondisi benda maupun gedung tersebut,” ujar Muhammad Natsir, Staff Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar.

Demi menjaga untuh berdirinya bangunan dan tanpa menghilangkan nilai geming (estetika)  dari setiap sudut gedung maupun barang yang ada di dalamnya. Setiap melakukan renovasi atau ataupun pemeliharaan, ada ketentuan tersendiri sebelumnya.

Perawatan dan pemeliharaan cagar budaya di kawasan (Benteng Rotterdam) dilakukan dilakukan dengan pembersihan, pengawetan dan perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan keaslian bentuk, tat letak, gaya, bahan dan/atau teknologi cagar budaya. Penulis mencoba menelisik hal ini dalam UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan memang benar hal inilah yang coba diterapkan dalam Benteng Rotterdam dalam hal pelestarian cagar budaya.

“Misalnya ingin mengganti bahan kayu yang digunakan di dalam gedung. Menggantinya itu harus dengan kayu yang sejenis dan ukuran yang sama sesuai aslinya, Menjaga nilai estitika gedung” kata Natsir. Begitupun dengan pemindahan ataupun pembersihan barang-barang, lanjut Natsir, mesti pakai aturan atau melihat data referensi suatu barang terdahulu untuk kemudian disesuaikan.

Rotterdam Milik Siapa?

Walaupun letaknya di Makassar, Sulawesi Selatan, kawasan cagar budaya Benteng Rotterdam termasuk asset kepemilikan nasional dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dimana unit pelaksana di kawasan tersebut adalah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar yang berkantor di kawasan benteng. Unit inilah yang kemudian secara teknis pelaksanaan diberikan tanggung jawab untuk menjaga maupun mengurus pemeliharaan Benteng Rottterdam.

Lain lagi dengan Museum La Galigo. Museum yang dulunya bernama Celebes Museum didirikan oleh pemerintahan Hindia-Belanda tahun 1938, kini secara resmi berubah nama menjadi Museum La Galigo sejak 1 Mei 1970. Selanjutnya di era otonomi daerah Museum La Galigo berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulsel nomor 166 tahun 2001.

Meski pada 28 Juni 2001 berubah nama menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, organisasi tata kerja UPTD Museum La Galigo ini diatur berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 Tahun 2009, tanggal 28 Februari sampai sekarang.

Meski demikian, Benteng Rotterdam maupun Museum La Galigo toh tetap saja dapat dinikmati setiap pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Mengutip kata Natsir, meski negara atau pemerintah tetap bertanggung jawab dalam hal ini, cagar budaya Benteng Rotterdam  tetap diyakini sebagai bagian masyarakat, untuk mensejahterakan dan dinikmati oleh masyarakat. Tugas khusus untuk menjaga harmoni dan pelestarian cagar budaya adalah masyarakat pula.

Sama halnya dengan Museum La Galigo. Bukan hanya sebagai tempat untuk memamerkan peralatan permainan rakyat, peralatan rumah tangga, maupun peralatan kesenian. Tetapi Museum La Galigo ini diharapkan mampu mengambil peran strategis untuk mencerdaskan bangsa, memperkuat kepribadian bangsa dan ketahanan nasional.

Pukul 11:45 Wita, matahari meninggi dan panas mulai menggerayangi. Sejenak penulis melepas lelah di salah satu warung yang berada tepat di depan benteng. Warung tersebut hanyalah satu satu dari sekian warung/kios yang banyak berjejer di pinggir jalan depan benteng. Sekumpulan warung/kios yang sengaja dibangun bagi para pengnjung yang ingin istirahat melapas dahaga dan lapar sehabis berkeliling di cagar budaya Benteng Rotterdam.

“Pak, es kelapa ta’ satu gelas nah,” ucapku memesan. “Oh, iye. Kita’ tunggu mi sebentar di’,” jawabnya sembari mempersilahkan ku duduk di tempat yang telah disediakan. Tak butuh waktu lama tuk menunggu, minuman dingin penyegar dahaga seharga Rp 5.000,- itu kini telah hadir disajikan di meja tempat saya duduk.

Sembari duduk menikmati es kelapa ditemani pemandangan lalu lalang kendaraan, penulis kembali mencoba memecah kesendirian dengan mencoba meresapi hasil percakapan dengan Natsir yang diakhiri dengan senyum sapa beberapa menit yang lalu. Tak ayal mata pun kembali melirik Benteng Rotterdam dari luar.

Pikirku, mungkin sengaja bangunan Benteng Rotterdam dibuat membelakangi/memunggungi kota. Agar suatu saat di masa depan jika ada masyarakat penasaran dengan wajah Rotterdam, harus terlebih dahulu masuk ke dalam kawasan benteng untuk memandangi wajah Rotterdam sebenarnya. Benteng Rotterdam, benteng pertahanan yang kini bertahan dari gempuran pengaruh globalisasi. Cagar budaya yang tetap lestari karena masih ada masyarakat yang tetap ikut peduli melestarikan.*)


SELAMAT PAGI

No Comments »

Apa kabarnya pagi esok hari?
|"Dini hari masih terlampau muda, upil bahkan belum kering sekarang"|


01.17 Wita [8 Maret 2014]

SAJAK SALAH FOKUS

No Comments »

Bagaimana rasanya minum kopi pakai garam?
Rasanya manis
dibarengi senyuman
dan dua titik air mata di pipi
Tapi...itu jika hanya dihadapanmu


11.08 pm

KEBANGKITAN SISI KEMANUSIAAN ZOMBIE

Baca selengkapnya » | 1 Comment »

  • Judul: WARM BODIES
  • Penulis: Isaac Marion
  • Penerbit: PT Ufuk Publishing Home
  • Cetakan I: Juli 2012
  • Tebal: 374 Halaman

SILSILAH

No Comments »

Namanya SEPI. Entah siapa orangtuanya. Bagaimana ia hidup, pun masih misteri. Singkat cerita, suatu hari ia bertemu SUNYI. Mereka bahkan memutuskan untuk hidup bersama.

***
Tak ada yang tahu mengapa diberi nama seperti itu. Ia lahir dan tumbuh dengan nama SENDIRI. Ia adalah anak dari SEPI dan SUNYI.

Mereka keluarga bahagia. Paling tidak sampai saat ini...

***
Konon, SENDIRI memadu kasih dengan kekasih hati tak bernama. Dikisahkan, mereka punya buah hati. Panggil saja AKU.

S.E.N.J.A.

No Comments »

Tadi, Senja mampir sejenak menjingga di dalam dada. Bukan luka maupun duka yang dilukisnya. Hanya menitipkan rupa yang menjelma serupa doa.

Senja adalah wanita. Dan ia telah pergi. Bukan karena hilang ditelan sore, tapi kembali ke dalam rahim sang ibu. Senja menunggu terlahir kembali lewat seuntai kata semoga.



18.08 Wita

NIK(MATI)

No Comments »

Hanya butuh hitungan menit, beberapa semut hitam pun meregang nyawa di dalam gelas. Detik-detik sebelum kematian menjemputnya, saya masih melihat mereka (semut. Red) bergerak lincah -nyaris berenang- mengapung di permukaan kopi.

Pada akhirnya, saya tidak mau dicap sebagai manusia yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa tak kurang dari 13 ekor semut. Merekalah yang memilih jalan hidupnya sendiri. Menentukan cara mati yang pantas untuk sebuah kenikmatan.



20:07 Wita

KLAKSON: Bunyi Pemecah Sunyi

No Comments »

Entah berapa banyak pengendara yang berpikir bahwa klakson kendaraannya (motor/mobil) mampu mengurai kemacetan di jalan. Sementara itu, menurut Wikipedia, Klakson adalah trompet elektromagnetik atau alat yang membuat pendengarnya waspada dan digunakan untuk memperingati pengendara yang kurang tertib atau diprediksi akan menyebabkan kecelakaan.

Sial! Pengendara tadi tidak hanya menjengkelkan, tapi juga menyusahkan. Sampai harus memaksa saya mencari tahu maksud fungsi yang tepat guna.



22:33 Wita

PERTEMUAN IMAGINER

No Comments »

Hanya hitungan detik kita sudah saling menatap. Tak ada kata. Yang ada hanya saling bertukar rasa lewat mata. Tapi, kamu tiba-tiba pergi. Tanpa pesan namun meninggalkan kesan.

Pertemuan kita cukup menggelikan saat itu, lebih tepatnya mirip sinetron. Selamat jalan...Eh...aku sadar kita belum berkenalan. Aku bahkan tak yakin kita memang pernah bertemu.



19:51 Wita

KASIH KASIR

No Comments »

Saya bingung. Sebenarnya wanita yang jadi kasir di ****MART ini mengambil peran antagonis atau protagonis? Saya hampir saja tertipu dengan senyumnya. Sampai saya melamun kalap akan rupa yang katanya manis.

Yang saya tahu, kini dunia teater mulai kehilangan aktris handalnya. Mungkin pemainnya lupa mesti berlakon dimana lagi. Tapi yang paling saya tahu, dia bersandiwara, mengumbar senyum tak berbicara.



22:28 Wita

KOPI DAN SEBUAH CATATAN

No Comments »

Ini adalah catatan-catatan singkat tentang kebersamaanku bersama...ehm...Kopi. Ketika hari-hariku diberi kesempatan bercumbu (hanya) berdua dengannya. Entah sejak kapan aku mulai suka dengannya. Sampai saat inipun aku belum bisa menentukan apakah Kopi berjenis kelamin pria atau wanita. Yang aku tahu, Kopi bagai candu, tak ingin dimadu, (mungkin) sama denganmu... *Uhuukk*



#Coffee_Addict - 1
Menyeruput kopi itu membuat penikmat teh iri. Bahkan mengharuskan peminum susu lekas pergi.


#Coffee_Addict - 2
Berbicara tentang kopi, saya lebih suka kopi hitam. Terkesan sederhana, tampil apa adanya. Beda dengan kopi susu yang menurut saya cenderung berpura-pura.
 
#Coffee_Addict - 3
Kopi susu itu abstrak (-mungkin-) mendekati absurd. Entah, bagaimana bisa paduan hitam dan putih mencipta coklat? Kemana lagi abu-abu?

 
#Coffee_Addict - 4
Menenggak kopi hitam itu bunyinya "Sluurrp". Sedang kopi susu tegukannya "Gluuuk". Dari suara menyeruputnya saja sudah beda, pemirsa.

 
#Coffee_Addict - 5
Jadi begini, pahitnya hidup biar kopi yang tentukan. Lampu yang redup belum tentu mencipta kegelapan.

 
#Coffee_Addict - 6
Karena secangkir kopi sudah begitu 'mainstream' untuk dibuat status di jejaring sosial, makanya biar terkesan tampil berbeda tidak ada salahnya gelas kacanya dipecahkan. Lalu kepingannya dijadikan makanan selingan.

 
#Coffee_Addict - 7
Akulah matahari yang membayangkan wajahmu adalah secangkir kopi di pagi hari. Entah wajah siapa.

 
#Coffee_Addict - 8
Saat beranda mulai penuh dengan kopi, malam kan memenjara alasan untuk mimpi yang mati. Lagi...


#Coffee_Addict - 9
Malam membuncit. Sebentar lagi langit kan lahirkan senja yang indah di pangkuan kita (-bukan kamu-). Tidurlah! Kopi apapun akan habis di pagi hari.

 
#Coffee_Addict - 10
(Mungkin) Mati salah satu cara meraih kenikmatan tertinggi. Sama ketika beberapa semut hitam harus meregang nyawa dalam kubangan kopi, padahal saya tak bermaksud berbagi gelas dengan mereka.
Kematian itu bukan tragedi, tapi kebutuhan. Mungkin...

 
#Coffee_Addict - 11
Secangkir kopi hitam adalah ucapan selamat pagi yang menyelamatkan diri dari mimpi-mimpi melenakan. Tosss...!

 
#Coffee_Addict - 12
Kopi itu candu. Pagi itu Kamu. Kita yang selalu mampir dalam secangkir kopi tiap pagi. Esok hari...

 
#Coffee_Addict - 13
Kopi malam ini memang tak pekat. Tetapi, sekali lagi tetap bersahabat.
...di bawah langit yang kian menua, ada cangkir yang enggan mendua.

#Coffee_Addict - 14
Pernah coba kopi pakai garam? ~ Rasanya manis, dengan senyuman dan dua titik air mata di pipi. *Salah fokus*

#Coffee_Addict - 15
Secangkir kopimu dulu pernah membangunkanku. Namun, tetap saja romantika itu kini hanya teringat saat secangkir kopi tercipta dari cangkirku.


#Coffee_Addict - 16
Kopi itu Aku. Pagi itu tentang Kamu. Dan...Kita yang selalu mampir dalam secangkir kopi tiap pagi.

RINDU

No Comments »

Rindu itu meluas
Menyebar dari utara ke selatan
Melebar dari timur hingga ke barat
Mencari (mu) untuk bertemu kamu
Denganmu...
 


*19.19 Wita - Saat Hujan Lagi Lucu-Lucunya

MALAM, HUJAN, DAN DESEMBER

No Comments »

Malam ini hanya ada bincang-bincang
Tentang langit Desember yang gelap
Tak lagi gemerlap tanpa bintang-bintang

Selamat datang hujan dan kenangan

Hati sedang kering sekarang
Kerontang sebelum kemarau menerjang

DIA(M)

No Comments »

Adalah sendiri, yang disederhanakan sebentuk aku
Begitulah aku, yang bergelut dalam sunyi
Seperti sunyi, yang sepi tanpa aku


-Makassar | 12 Januari 2014-19.14 Wita

AKU DAN (SENYUMAN) SANTI

No Comments »

Di nomor antrian 9550 aku dipertemukan dengannya duduk semeja. Ia adalah Santi. Begitu tulisan yang aku eja dan baca di meja yang kemudian aku taksir sebagai namanya.

Hari itu ia berpakaian abu-abu kombinasi merah. Dengan rambut agak kemerahan sebahu dibiarkan terurai. Penampilannya menambah kesan 'glamour' dalam dirinya.

Bibirnya dilipstik merah. (Mungkin) Sengaja ia poles seperti itu sebagai hadiah sederhana kepadaku. Berupa senyum manis yang ia umbar sejak pertama kali kami bertatapan muka, saling bertukar pandangan.

Tapi sayang seribu sayang, Santi sama sekali tidak (berusaha) mengenalku. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai customer service di salah satu provider seluler terkemuka.

Namun, lagi-lagi aku dibuat galau dengan Santi. Saat aku sudah berusaha meninggalkannya berbarengan dengan mencoba melupakannya, ia kembali memberiku senyum. Sekali lagi.

"Ada lagi yang bisa kami bantu?" Ia bahkan masih sempat bertanya padaku. pertanyaannya bahkan mebuat hatiku bertanya-tanya. Walau berat, ingin rasanya aku menjawab saja, "Bantu aku melupakanmu...".

Memang begitulah semestinya yang aku utarakan padanya. Tapi apa daya, jawaban hanya tinggal diam. Yang aku inginkan hanyalah tak ingin menyusahkan Santi lagi dan memutuskan untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Pertemuan kita.

"Terimakasih...," ucapnya lembut. Saat itu matanya juga ikut tersenyum. Namun keindahan itu hilang seketika kala ia mulai berpaling dengan lelaki lain. Seorang pengunjung lain lebih tepatnya.

Ah...Santi, aku ini lelaki rapuh...


[Grapari, Grahapena Lt.1, Makassar - Kamis, 19 Desember-10.20 Wita]



*Catatan:
  • Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di facebook pribadi.
  • Terimakasih atas inspirasi tulisannya teruntuk Santi. Kita memang tidak punya hubungan apa-apa

NAMAMU DAN PERTEMUAN KITA

No Comments »

Pertemuan ini tentu sudah diatur sedemikian rupa. Menulis kisah pertemuan kita adalah suatu hal luar biasa bagiku biar aku tak lupa. Aku selalu ingin tak pernah lupa pada rupa yang terlukis lewat jumpa.



Senin, 30 Desember 2013. Aku sengaja mencatat tanggal pertemuan kita dalam telepon genggamku, mengingatnya dalam otakku, dan tanpa sepengetahuanmu.

Malam itu, pukul 20:17 Wita. Aku datang ke salah satu toko buku di salah satu pusat perbelanjaan Makassar. Toko dengan sepenggal kata 'media' sebagai namanya.

Setiap bulan sepertinya sudah menjadi agenda wajib bagiku mengunjungi toko buku. Salah satu tempat favoritku, hanya untuk sekadar menyapa jejeran buku yang menunggu untuk dibeli.

Aku menghitung. Hampir 55 menit lamanya aku berjalan dari rak buku yang satu ke rak yang lain. Hingga menemukan buku bacaan yang cocok. Saat itu aku memilih tiga buku bacaan (novel). Semua buku ditulis oleh Mitch Albom.

Merasa sudah cukup dengan buku-buku itu. Kaki-kaki kembali melangkah ke arah kasir, tempat untuk memindahtangankan kepemilikan hak buku dengan barter sejumlah uang sesuai label harga tertentu.

Saat itulah aku dan kamu bertemu. Mungkin selanjutnya lebih mudah menyebutnya pertemuan 'kita'. Aku lelaki dan kamu wanita. Begitulah…

Kamu bekerja sebagai salah satu kasir di toko buku itu. Sebenarnya ada lagi satu teman di sebelahmu yang melakukan hal yang sama denganmu. Tapi entah mengapa aku tiba-tiba saja memilih kamu sebagai orang yang berhak melakukan transaksi pembelian bukuku ini.

Ada satu orang pengunjung yang sedang kamu layani terlebih dahulu, sebelum tiba giliran antrianku. Tapi itu memberi sedikit jeda waktu untuk memvisualisasikan bentuk dirimu dalam pikiranku.

Berseragam dominasi Biru tua dengan gabungan hitam. Wajahmu sedikit bulat dengan tahi lalat di sekitar pipi sebelah kiri.

Riasan make-up sebenarnya hampir menutupi titik hitam itu di pipimu. Tapi, aku tak mau disebut ceroboh untuk melewatkan hal 'semanis' itu. Semanis senyummu tentunya.

Jam di handphone-ku kini menunjukkan Pukul 21.26. Yah...aku masih sempat melihat jam saat akhirnya tiba giliranku bertatapan langsung denganmu.

"Ada kartu membernya?" Itu adalah kalimat yang kali pertama keluar dari mulutmu. Sebenarnya aku sangat menyayangkan dan sedikit menyesal mengapa pertemuan kita diawali dengan pertanyaan seperti itu.

"Mengapa tidak kamu tanyakan namaku lebih dahulu?" Kalimat itu ku siapkan sebagai balasan pertanyaamu. Namun aku terlalu ragu mengutarakannya secara langsung dan ku biarkan hatiku saja yang menjawabnya.

Tapi untung, senyummu masih bisa mengobati rasa sesalku tadi. Manis. Semanis tahi lalat di pipi kirimu. Namun senyummu kelihatan masih malu-malu, sesekali kamu bahkan mengulum bibirmu hanya untuk menyembunyikan senyum itu.

Kini aku tahu namamu. Bisa terlihat dari papan nama yang kamu kenakan di seragam. Pikirku, nama itu mungkin nama sapaanmu. Hanya ada empat gabungan huruf yang merangkai namamu.

Ada waktu sekitar 4 menit yang dihabiskan dalam pertemuan kita. Mungkin kamu akan mengira aku kurang kerjaan karena menjalankan aplikasi stopwatch di handphoneku. Hanya untuk mengukur seberapa lama waktu yang kita habiskan antara aku si pembeli dan kamu sebagai kasir toko buku.

Kini aku pergi meninggalkanmu. Usai transaksi pembelian buku telah selesai dengan pemberian nota sebagai tanda bukti aku telah berhak atas kepemilikan tiga buku.

Nota pemberian darimu itu bagai surat singkat yang kau tuliskan padaku. Yang isinya secara tersirat kamu menginginkan aku pergi meninggalkan dan 'melayani' lelaki yang lain daripadaku. Mungkin pernyataan itu bahkan terlalu kasar buatku.

Kini, aku pergi tanpa menoleh lagi kepadamu. Tanpa membalas nota yang aku anggap surat pemberianmu tadi. Dan aku pun tahu, kamu takkan menyempatkan diri melihat punggungku yang akan hilang dari pandanganmu.

IMHA. Nama yang singkat. Sesingkat pertemuan kita. Aku ingat itu…




*Catatan:
  • Tulisan ini sebelumnya Sudah dipublikasikan di facebook
  • Teruntuk Imha. Aku mengagumi hanya sebatas sebagai pemberi inspirasi dalam tulisanku. Tidak lebih. Terimakasih. ;)

AH...

No Comments »

Gerah !
Inspirasi tumpah
Tergeletak tak tahu arah
Kepada siapa harus menyerah?

Sumpah !
Nalarku telah terjarah
Tak mampu berfikir ilmiah
Persetan dengan petuah

Marah !
Perang batin pun pecah
Entah siapa yang bersimbah darah
Kaukah itu serakah?

Sampah !
Dasar makhluk lemah
Hanya sekedar wabah
Keadaan dibuat semakin parah

Masalah !
Sampai kapan kan singgah?
Berhentilah menjamah
Teruslah mendesah

Sudahilah !
Ini bukan berdakwah
Hanya hal yang alamiah
Tuk mencapai sebuah fitrah

Alhamdulillah...

TEMBOK; Antara Bebas dan Terbatas

No Comments »

Tembok yang realistis ini tiba-tiba terasa janggal, mengganggu dan sebenarnya inilah yang membuat betah berlama-lama dihadapannya;

Kejanggalan ini rupanya terjadi pada tembok yang realistis itu. Sangat besar, hampir tak ada perspektif pada ketebalan tembok itu;

Bidang tembok dibuat panjang dan lebar sama persis. Semestinya, di sinilah berlaku rumus perspektif itu. Makin jauh, makin menyempit;

Mungkin inilah tawaran dimana memang harus melihat tembok sebagai tembok, bukan sesuatu yang lain;

Memang benar, tembok itu adalah tembok yang memisahkan dua hal yang tak semestinya dipisahkan;

Tembok komunikasi antara kita dan orang lain, tembok antara dunia nyata dan dunia imaji, antara hidup dan kematian;

Inilah kenyataan. Di sana-sini terselip pandangan dimana jika tak memberikan perspektif ke depan, hanya ada kebebasan dalam keterbatasan

Di sanalah seharusnya bermula. Bukan, ya bukan! Di sinilah awalnya. Dari tembok tetangga sampai jiwa mengembara.

PUISIKAH?

No Comments »

Hai kiranya perasaanku
dimanakah harapanku
sesungguhnya harapan dan pengandaian
adalah melelahkan..

Apa yang luput daripadaku
tidak akan dapat kembali
dengan sesalan dan harapan
begitu pula pengandaian
Dengan lamunan kusakiti hatiku
smoga aku mmberi rasa gembira
kesedihan yg ada dalam diriku
dengan bermacam cita-cita..

aku telah mngetahui
hubunganmu tak diharapkan
akan tetapi aku sendiri
tidak terangkat dengan lamunan..

Takdir Tuhan telah terdahulu
begitu juga keputusan-Nya
kosongkan saja dari hati ini
barangkali dan seandainya

AKSARA CINTA

No Comments »

Tentang cinta
Yang mengejakanmu kata cinta
Meminta lewat kata
Tak menerima karena rasa

Tentang cinta

Yang mencintaimu tanpa [C]
Tidak dengan [I]
Bukan karena [N]
Tidak pula [T]
Dan tanpa [A]

Cinta itu buta huruf…



-Makassar | 14 Januari 2014-21.25 Wita