Terpesona Pulau Larea-Rea

Pulau ini belum seterkenal kepulauan spermonde. Tapi jangan salah menilai, pulau yang satu ini juga tak kalah indahnya dengan banyak pulau yang sudah lebih dulu popular di Sulawesi Selatan. Selamat datang di Pulau Lare-rea!
  



Pagi menjelang siang. Perahu yang akan mengantarkan kami ke Pulau Larea-larea mulai bersandar di tepi pelabuhan. Cukup lama kami menunggu kedatangannya, bahkan harus sampai molor dari jadwal yang sudah kami sepakati. Tapi ini bukan salah sang nahkoda perahu. Beberapa teman yang akan ikut mesti saling menunggu karena agenda keberangkatan yang memang terkesan dadakan.
Kami yang berangkat sebanyak 13 orang, mulai naik satu per satu mencari posisi yang pas di dalam perahu yang ukurannya tidak begitu besar. Tempat Pelelang Ikan (TPI) Kabupaten Sinjai menjadi awal keberangkatan kami. Menuju lokasi tujuan, yakni Pulau Larea-larea.
Pulau Larea-rea adalah salah satu pulau yang berada dalam gugusan Pulau Sembilan di Kabupaten Sinjai. Disebut Pulau Sembilan, karena ada sembilan pulau yang membentuk ke dalam gugusan tersebut.
Pulau-pulau  yang masuk di gugusan Pulau Sembilan merupakan destinasi wisata bahari andalan kabupaten ini. Selain Pulau Larea-rea, pulau lainnya yang masuk dalam gugusan Pulau Sembilan di antaranya Burung Loe, Kanalo I, Kanalo II, Kambuno, Liang-Liang, Kodingareng, Batanglampe, dan Katindoang.
Setidaknya butuh waktu sejam perjalanan untuk bisa tiba di Pulau Larea-rea. Selang waktu itu, kami manfaatkan untuk berfoto di atas perahu. Sensasi naik perahu yang bergoyang menembus ombak menjadi kenikmatan tersendiri bagi kami.
Dari kejauhan, Pulau Burung Loe mulai kelihatan dari atas perahu. Pulau ini memang pulau terbesar di antara pulau yang lain. Begitupun Pulau Kambuno, pulau yang satu ini dianggap menjadi “pusat kota” dari gugusan Pulau Sembilan.

Nelayan tengah melaut di sekitar Pulau Lare-rea dengan pemandangan latar belakang Pulau Burung Loe.

Belum juga tiba di dermaga Pulau Larea-rea, kejernihan air di sekitar pulau mulai membuat kami tertarik. Karang terlihat di bawah kedalaman air, meski kondisinya tak sebagus di Kepulauan Selayar.
Satu per satu dari kami buru-buru naik ke dermaga, walaupun perahu belum bersandar dengan baik. Kami seperti tak sabar menikmati keindahan Pulau Larea-rea.
Dibanding pulau yang lain, Pulau Larea-rea adalah satu-satunya pulau yang tak berpenghuni. Pulau ini pun tak terlalu luas. Diameter daratannya hanya sekitar 20 meter. Bukit yang cukup tinggi dengan ditumbuhi pepohonan di tengah pulau menjadi penghias. Kita bisa naik di bukit tersebut dan berfoto dari atas dengan latar pulau yang berseberangan.
Sejak tiba di dermaga dan menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Larea-rea, kami semua memang langsung berfoto. Mencari sudut pandang yang menarik di pulau ini untuk berfoto. Masing-masing dari kami berjalan nyaris mengelilingi pulau. Menikmati keindahan pulau tak berpenghuni.
            Kami baru menikmati makanan yang kami bawa sebelum ke pulau setelah puas berkeliling pulau, berfoto, dan menikmati keindahan Pulau Larea-rea ini.

Dermaga Pulau Larea-rea
Usai berenang, seorang anak naik di dermaga Pulau Larea-rea. Lalu kembali mengambil ancang-ancang untuk lompat ke dalam air.
Ramai Dikunjungi Saat Liburan
Pulau Larea-rea adalah satu-satunya pulau tak berpenghuni dari gugusan pulau Sembilan. Meski begitu, pulau ini termasuk pulau andalan Kabupaten Sinjai untuk menarik kunjungan para wisatawan.
Tiap memasuki masa liburan, Pulau Larea-rea menjadi salah satu lokasi yang dipilih untuk berlibur di Sinjai. Bersama teman atau membawa anggota keluarga untuk bersantai di sana, menikmati kejernihan air dan pasir pantainya.
Hanya saja, keindahan dan potensi pulau Larea-rea untuk menarik wisatawan belum dimanfaatkan pemerintah setempat. Memperbaiki dan memberikan fasilitas penunjang untuk para pengunjung memang harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Sinjai jikalau saja ingin meningkatkan potensi wisata bahari di sini.
Jadi, jika anda yang ingin berlibur di Pulau Larea-rea; berenang, diving, snorkeling, dan sebaganya, harap membawa peralatan massing-masing. Begitupun jika ingin sekadar berteduh dan berbaring menikmati pulau, membawa tenda sendiri bisa menjadi alternatif untuk saat ini.

Dari atas bukit Pulau Larea-rea terlihat para pengunjung tengah berenang dan bermain-main menikmati kejernihan air pulau.
Akses ke Pulau Larea-rea
Akses ke pulau ini sangatlah mudah. Pelabuhan Lappa atau tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lappa Kabupaten Sinjai. Jarak tempuh untuk ke sini memakan waktu sekitar 15 menit dari pusat kota Sinjai. Kabupaten Sinjai tersendiri berjarak 190-200 km dari Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
Di Pelabuhan Lappa banyak tersedia perahu sewaan. Tarifnya pun bervariasi, antara Rp200 ribu, hingga Rp400 ribu. Hanya butuh waktu tempuh selama 1 jam untuk perahu kayu, dan 15 menit dengan speedboat atau perahu cepat untuk sampai di Pulau Larea-rea.
Akan tetapi, kami yang berangkat rombongan saat itu sebelumnya sudah memesan kapal yang memang akan kami tumpangi ke sana. Sesuai kesepakatan dan dengan biaya sewa Rp250 ribu, sebuah perahu kayu yang dipesan sebelumnya, sudah bisa membawakami berkeliling Pulau Sembilan. Tapi sayang, selain Pulau Larea-rea, kami hanya sempat mengunjungi Pulau Kanalo I dan Kanalo II. Kami bahkan terpaksa pulang malam karena bersikeras mengunjungi kedua pulau yang memang berdekatan dengan Larea-rea.
Jadi, jika memutuskan berkeliling Pulau Sembilan atau hanya ingin berlama-lama di satu pulau saja, disarankan untuk berangkat pagi-pagi. Sebuah perahu yang kami pesan sehari sebelum keberangkatan mungkin tidak keberatan membawa kami meski kesiangan. Tapi kalau memutuskan menggunakan perahu reguler, maka sekitar pukul 6 pagi anda sudah harus berada di pelabuhan untuk mencari perahu yang akan ditumpangi.


This entry was posted on 22 Januari 2016 and is filed under ,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply