M U D I K


Saya beruntung masih diberi kesempatan untuk mudik. Di luar sana, masih banyak orang yang karena tuntutan pekerjaan belum bisa ketemu keluarga di kampung halaman.

Mereka (yang tak mudik) tentu tak selalu betah memelihara stres di kampung orang. Apalagi jika yang hidup di kota metropolutan. Segala hal tentang macet, keributan, debu-debu adalah satu paket kegelisahan yang memaksa tubuh menelan paracetamol.

Tapi mudik adalah obat. Kamu tak perlu menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk ke psikiater. Hanya untuk curhat dan sekadar berkonsultasi dalam rangka mengurangi beban hidup. Dengan pulang, menyambut senyuman orang tua adalah resep bahagia yang tak bakal kamu temukan di apotek.

Saya bersyukur masih bisa mudik. Saya berdoa kepada mereka yang tak sempat menciumi kening dan menyambut tangan kedua orang tuanya di rumah, agar selalu dan tetap bahagia. Jangan lupa ingatan!


*Catatan:
Ditulis sebelum berangkat menuju kampung halaman, Minggu, 3 Juli lalu. Pulang ke rumah orang tua!

This entry was posted on 21 Juli 2016 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply