Wahai DC, Kelakuan Kamu Itu Jahat!

http://www.moviedeskback.com/wp-content/uploads/2016/01/Suicide_Squad_Wallpaper_1680x1050.jpg

Saya enggan bertele-tela membuat review film ini. Untuk sinopsisnya, saya pikir google bisa menjawab semua itu. Kedua-dua, mari segera akhiri saja tulisan yang mungkin agak-sedikit-panjang ini dengan memulai cerita kegelisahan saya usai menonton film superhero DC ini. Ketiga-tiga...mari mulai dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim....

Mengapa menonton Suicide Squad? Oke, film ini saya nonton sebenarnya gara-gara penasaran cuma mau lihat aksi Joker versi Jared Leto. Namun, agaknya saya kecewa, peran Joker di film ini seolah-olah cuma jadi cameo saja. Hmmm...tapi untunglah kekecewaan itu sedikit tertutupi berkat 'kenakalan' Harley Quinn yang diperankan Margot Robbie. Jadi begini...secara umum—menurut saya—Suicide Squad bukanlah film yang buruk, namun terburu-buru.

Mudah-mudahan pihak DC tidak merasa "tertekan" dengan kepopuleran Marvel saat membuat film ini. Setelah nonton, saya pikir Suicide Squad terlalu cepat hadir sebagai film yang menghadirkan wajah superhero gadungan…eh…maksud saya gabungan "superhero" (supervillain a.k.a anti-hero). Kedalaman dan alur cerita yang dangkal dan terkesan dipaksakan—apalagi tokoh/karakternya belum begitu kuat tertanam di ingatan. Masalah durasi barangkali jadi permasalahan utama, sehingga pengenalan karakter di film ini jadi terbatas. Itulah kenapa saya pikir Suicide Squad muncul terlalu cepat.

Sepertinya pihak DC selalu terkendala dalam membangun cerita yang kuat. Hal ini kurang lebih sama saya perhatikan dalam film sebelumnya, yaitu Batman V Superman (BvS). Kekecewaan seusai menonton BvS belum hilang, muncul lagi Suicide Squad dengan masalah yang kupikir sama saja. Pihak DC tidak bisa memuaskan hasrat penonton.

Kalau saya melihat film-film sebelumnya, DC agaknya piawai membuat trailer film. Di situ kita disuguhkan beberapa potongan adegan film yang memukau dan membuat kita para penonton menaruh harapan besar lalu menjadi tak sabar untuk menontonnya. Tapi...apa yang terjadi, saudara-saudara. Apa yang tersaji pada trailer ternyata tidak sesuai dengan harapan. Pihak DC...yang kamu lakukan ke penonton itu...jahat!

Tapi di sini kita bisa setidaknya belajar, untuk ke depannya...alangkah baiknya tidak terlalu menaruh harapan besar untuk film DC yang bakal tayang ke depannya. Nanti rasa kecewanya juga besar. Saya tidak menyarankan untuk tidak menonton ya, Cuma anjuran untuk tidak berharap besar. Gitu.
Salah satu karakter favorit pada Suicide Squad, Harley Quinn. (Sumber foto: /INT)
Sebagai penonton, saya rasa ada baiknya pihak DC sesekali mencontoh "strategi" Marvel dalam film Avengers-nya. Salah satu misalnya, sebelum memulai debut—atau katakanlah (kalau ada) sekuel—Suicide Squad, tiap karakter "superhero"-nya dibuatkan film solo tersendiri lebih dahulu. Mungkin ini permintaan yang kurang ajar dari seorang yang bisanya cuma nonton, tapi saya rasa dengan begitu ceritanya bisa dimainkan dengan apik.

Batman dan Joker yang muncul dalam film ini mungkin sudah tenar lebih dulu. Banyak yang sudah mengenalnya. Tapi bagaimana dengan karakter yang lain? Semisal Harley Quinn, Katana, Slipknot, Captain Boomerang, dkk. Deadshot mungkin pengecualian, dengan penampilan yang cukup mencolok (begitupun Harley Quinn sebenarnya) di film ini. Wajar...karena Deadshot adalah pemimpin Suicide Squad–di luar Rick Flag.

Sebenarnya, masih banyak yang mesti saya ungkapkan. Tapi cukup sekian dululah. Saya capek ketiknya. Di luar plot cerita yang dangkal itu, Suicide tetaplah film yang menghibur. Dialog-dialognya juga segar. Humor Harley Quinn juga menjadi ‘penyejuk’ di suasana tegang. Dan satu lagi: latar musik film Suicide Squad saya akui memang keren.

Pokoknya sukses buat DC. Semoga rencana film Justice League-nya nanti bisa lebih baik. Dan, untuk film solo Wonderwoman tahun depan, tentu saja harus keren—karena di situ ada Gal Gadot. Hahaha!
SUICIDE SQUAD (Sumber Foto: /INT)

This entry was posted on 9 Agustus 2016 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply