Mendengarkan Dilan


Untuk ukuran novel bergenre romantisisme, "Milea: Suara dari Dilan" termasuk buku yang "canggih". Entah apa yang membuat saya akhirnya menggunakan istilah itu untuk menggambarkan ketakjuban saya terhadap buku yang ditulis manusia bernama Pidi Baiq ini.

Bagi saya, salah satu indikator buku bagus adalah buku yang membuatmu rela meninggalkan aktivitas lain dan atau sudi kekurangan jadwal istirahat demi fokus menyelesaikan bacaan yang sudah terlanjur kau mulai sejak halaman pertama.

Buku berjudul "Milea: Suara dari Dilan" masuk ke dalam variabel tersebut. Secangkir kopi cukup untuk menuntaskan novel setebal 360 halaman ini. Saya tak tega memberi jeda yang terlalu lama untuk meninggalkan buku ini yang sudah saya mulai baca sejak halaman pertama. Novel yang nikmat untuk membuat saya betah di kamar tidur sekitar empat jam untuk menyelesaikannya.

Buku ini termasuk kemutakhiran novel kisah cinta anak remaja. Sebuah narasi asmara yang hebat: sedih, namun tidak cengeng, lucu tapi tidak sedang melawak, dan penuh "jurus rayuan" yang tidak lebay namun sederhana. Hal ini sama dengan dua buku sebelumnya, yakni "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990" dan "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991".

Tentu saja, buku ini tidak dianjurkan bagi anak TK yang belum bisa membaca. Hahaha!


This entry was posted on 22 September 2016 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

One Response to “Mendengarkan Dilan”

  1. Hai,
    Aku juga sangat menggemari kisah Dilan dan Milea.Sederhana,tapi penuh akan makna :)

    BalasHapus