Jurnalisme "Brengsek" ala Ryan Holiday


TRUST ME, I'M LYING adalah buku yang bangsat, namun juga keren. Ini adalah buku yang buruk (yang diharapkan) bisa membuat anda lebih baik (walaupun sebenarnya bisa juga lebih buruk). Bagi saya, buku ini laiknya kacamata. Ryan Holiday (penulis) tidak hanya membantu melihat, tapi juga mengamati lebih dalam apa yang awalnya terlihat kabur di dunia jurnalisme, utamanya di era digitalisasi saat ini.

Ryan Holiday yang bekerja sebagai manipulator media membuka bobrok jurnalisme yang dimanfaatkan oknum tertentu. Buku yang menggelisahkan, karena nyatanya, penulis membeberkan "pekerjaan kotor" yang dilakoninya sendiri. Berita buruknya, bukan cuma Ryan Holiday saja yang melakukan ini. Berita baiknya, paling tidak penulis membuat kita sadar bahwa profesi jurnalisme yang notabene sebagai jalan (atau 'agama' menurut Andreas Harsono) dalam menyampaikan kebenaran, justru ditempuh dengan cara penuh kebohongan dengan gaya yang tak beretika.

Ryan Holiday membuka segala kebobrokan itu. Apa yang terjadi di dapur redaksi sebuah media, nyatanya tidak sesederhana kelihatannya. Ada banyak "praktek" terselubung di sana. Kegiatan jurnalisme tercoreng oleh oknum yang pantas kita sebuat sebagai orang brengsek.

Bagi yang ingin mengetahui "kebenaran" perihal bagaimana informasi tersebar dan "dipelintir" pihak tertentu di sosial media, buku Ryan Holiday sangat dianjurkan untuk dibaca. Buku yang tentu saja tidak hanya dikhususkan bagi para jurnalis (pelaku media), tapi kepada mereka yang siapa saja aktif di media sosial. Ketahuilah, bahkan jurnalisme warga atau akun personal di media sosial banyak disusupi manipulator media yang bisa saja mengubah pola berpikir para netizen.

This entry was posted on 1 Oktober 2016 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

One Response to “Jurnalisme "Brengsek" ala Ryan Holiday”

  1. Bagaimana pun, membaca buku ini, saya semakin menyadari bahwa bagi para "koki" di "dapur-dapur media" yang terpenting adalah klik, klik, dan klik. Share, share, dan share! Persetan dengan kekalutan yang ditimbulkan, masa bodo dengan "kebenaran", itu semuanya tidak penting! Yang mereka tahu, kantong semakin tebal, itu saja, titik! Meski bagaimana pun harus kita akui bahwa mereka pandai juga memainkan peran, memainkan psikologi dan kecenderungan pembaca berita di era medsos ini.

    BalasHapus