ULTAH: Tersiksa Dulu, Bahagia Kemudian?


Judul berita (lihat foto) ini saya pikir hanyalah salah satu contoh dari banyak kejadian menggelisahkan dari sebuah cara merayakan hari kelahiran. Niat hati membahagiakan, ujung-ujungnya malah membawa kesedihan atau—bahkan lebih miris lagi—kematian.

Sebenarnya, saya pribadi tak begitu peduli dengan perayaan hari kelahiran atau ulang tahun (ultah). Maksud saya, "tradisi" siram tepung, air got, membuang telur, sampai "menyiksa" teman—dan kelakukan serupa lainnya adalah tindakan "mengerikan" bagi (sebagian besar) orang yang seharusnya diperlakukan "layak" di hari kelahirannya. Kehebohan macam apa itu?!

Apakah tidak ada cara lain yang lebih bernilai luhur untuk mereka yang berulang tahun diperlakukan dengan baik? Dengan melayangkan doa, misalnya. Memberi kado kesukaannya pun tak jadi soal. Malah lebih beretika dan elegan tanpa membuat dia yang berulang tahun harus "tersiksa" lebih dulu.

Jujur saja, saya termasuk pribadi yang tidak respek dengan perayaan ultah seperti itu. Apalagi diperlakukan dengan tindakan yang contohnya sudah saya sebutkan tadi. Kau boleh protes atau tidak setuju denganku. Tapi maaf saja, saya memang tipe orang-yang-tidak-asyik diajak berkecimpung di dalam beberapa hal perkara. (*)

*Link Berita di sini:

This entry was posted on 1 Oktober 2016 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply