EFEK HUJAN


Lagi. Hujan turun lumayan deras malam ini. Saya yang sedang dalam perjalanan pulang, mesti rela basah-basahan lagi. Sengaja. Saya kehujanan karena memang inginnya begitu.

Saya punya mantel (jas hujan) yang malas kupakai. Perbuatan itu tidak lantas menjadi alasan (dikiranya) saya selalu menyukai hujan. Jujur saja, saya tak punya banyak stok kalimat postif maupun argumen filosofis mengapa saya suka hujan dan rela berbasah-basahan karenanya. Saya hanya malas mengenakan jas hujan. Repot. Itu saja.

Masalahnya adalah, selama perjalanan pulang menikmati hujan, kepala saya suka kepikiran banyak hal. Bukan urusan kenegaraan, sebab itu kapasitas Presiden Jokowi. ðŸ˜… Hujan acapkali menjadi pemantik bagi saya untuk selalu masuk ke "gubuk-pikiran" di dalam kepala.

Biar kuberitahu, "gubuk-pikiran" adalah sebuah nama tempat bagi saya menyimpan cukup banyak pertanyaan aneh di kepala. Bahkan, sebenarnya cukup aneh untuk dijadikan pertanyaan. Itu hadir secara tiba-tiba.

Karena hujan, muncullah pertanyaan aneh seperti ini: apakah dengan jatuh cinta dengan diri sendiri, lantas bisa disebut sebagai golongan spesies-penyuka-sesama-jenis? Maksud saya, 'kan satu jenis Syachrul Arsyad, sesama dirinya sendiri. Termasuk kategori kelainan, kah? Kukira itu aneh bin membingungkan. Setidaknya bagi saya pribadi.

Saya belum menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pun, saya tidak memaksa orang lain untuk memberikan jawaban. Biarlah pertanyaan aneh itu menggantung sampai mak comblang memberinya jawaban yang pas untuk itu.

Apalagi saya cukup yakin, dunia ini kodratnya diciptakan berpasang-pasangan. Seperti pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Pagi dengan malam. Begitupula saya yang berpasangan dengan...woey, dengan siapa woey?! Hahaha. ðŸ˜…

Saat ini, rasa-rasanya ingin kulari ke toilet, kemudian temukan jawabanku.

This entry was posted on 10 Februari 2017 and is filed under ,,,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply