MALAM MINGGU


Tepat hari ini, Sabtu, 4 Februari 2017, akhirnya diberi kesempatan oleh Tuhan menunaikan malam minggu yang ke-1.346 dalam hidup saya. Tidak ada acara perayaan mewah sebagaimana pasangan ABG kasmaran memperingati hari jadian mereka yang biasanya baru berjalan seminggu atau sebulan.

Entah doa-doa siapa saja yang mustajab malam ini. Maksud saya, malam minggu ini cuaca dingin dan Makassar dilanda hujan. Tidak ada hujan yang terjadi atas doa mujarab jomblo yang terzalimi; doa manusia yang lahir dari ketersiksaan diri melihat kebahagiaan orang lain, atau bisa jadi atas sakit hati karena barusan diputuskan kekasih.

Saya pribadi melalui malam minggu dalam keadaan biasa saja. Kebanyakan malam minggu saya begitu. Seringkali ditunaikan dengan menikmati secangkir kopi di kafe, berdua, bersama sepi. Saking biasanya, sialnya, jadi kebiasaan. Atau kadangkala, nongkrong bersama pacar. Maksud saya, pacar orang lain---yang tentu saja didampingi pacarnya juga. *lambaikan tangan ke kamera* ðŸ˜‚

Tidak ada yang istimewa dari malam minggu yang ke-1.346. Saya menganggap, tak perlu dihadirkan sebuah perayaan mewah untuk sebuah angka. Kecuali, mendengarkan lagu-lagu Raisa dan merawat kegalauan yang kadang saya sendiri bingung datangnya entah darimana.

Raisa dan kegalauan adalah sepaket hadiah malam minggu yang sederhana. Saya suka Raisa. Begitu juga karyanya. Saya tidak tahu pasti, apa dia juga begitu denganku. Sebenarnya saya tidak begitu peduli. Bahkan, saya sudah lebih dulu menolak Raisa sebelum ia menyatakan cinta kepada saya. Sungguh, imajinasi memang suka keterlaluan juga. ðŸ˜…

Lumayan sulit menjadi Syachrul Arsyad. Menjalani malam minggu hingga ke-1.346 tidaklah mudah. Masa-masa di antaranya tidak selalu diselingi tawa, namun ada juga duka. Kebanyakan diisi dengan galau, tetapi kemudian saya penjarakan dengan menulis catatan seperti ini. Dan itu cukup menyenangkan; semacam terapi.

Kukira, malam minggu itu serupa simbol semata. Senang dan bahagia termasuk persoalan substansial yang bisa diraih di hari-hari lain. Malam minggu itu fana, yang abadi seharusnya bahagia.

Saya suka malam minggu yang sederhana saja. Cenderung stasioner, tetapi 'manis'. Kata terakhir barusan itu...kutujukan untukmu!

This entry was posted on 10 Februari 2017 and is filed under ,,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply