JOMBLO, NASIBMU KINI...

Jomblo itu tercipta sebagai pengamat. Ya, pengamat hubungan orang lain. Tak heran, jomblo itu kadang-kadang lebih tahu (atau lebih tepatnya getol berkomentar) persoalan pelik dunia per-pacaran yang adil dan beradab.

Mengapa demikian? Sebab, jomblo tidak berada dan menjadi laiknya katak dalam tempurung. Posisi "bebas" membuat jomblo bisa melihat banyak masalah dari berbagai sudut pandang. Tanpa harus terganggu atau diintervensi pacar ataupun selingkuhan orang lain.

Jomblo itu independen. Berdiri sendiri. Bukan keputusan yang keliru, jika ada lelaki atau wanita kasmaran yang sedang bermasalah dalam soal asmara, meminta saran dan kalimat-kalimat super dari kaum jomblo. Sebagai pengamat yang dituntut berpandangan obyektif, jomblo selayaknya adil sejak dalam pikiran dan perbuatan.

Soal memberi solusi hubungan percintaan orang lain, jangan ditanya lagi. Jomblo bisa menjelma bak Pegadaian; mengatasi masalah tanpa masalah. Berbagai pengalaman "mengamati" etika dan tata cara pacaran orang lain, akan diakumulasikan menjadi sebuah saran yang konstruktif bagi pasangan Anda. Mau pisah atau menikah, insya Allah, jomblo siap diajak bekerjasama.

Jomblo itu kuat, tetapi juga sosok yang mudah lelah. Ya iyalah, karena banyak hal yang mesti diurusi dan diteliti. Mulai dari agenda kerja menguntit (stalking) di sosmed ataukah mencuri-dengar sebab-musabab pertengkaran pasangan orang lain. Sungguh, program kerja yang menghabiskan kuota (internet) dan tenaga.

Saking banyaknya energi yang meluap-luap, jomblo sengaja menjadi pengamat. Sebuah "pekerjaan" yang menjadi medium pengalihan energi melimpah yang seharusnya digunakan untuk pacaran, lalu sibuk mengantar pasangan ke sana-ke mari mencari alamat dan tempat makan.

Menjadi pengamat bukan pilihan mudah bagi jomblo. Jalan kehidupannya rumit. Hinaan dan cacian bagai makanan sehari-hari yang senantiasa berpaket dengan kesabaran. Tetapi, tidak banyak yang tahu, beberapa orang memutuskan sendiri sebab inginnya begitu. Jomblo adalah jalan hidup. Bukan makhluk jalang, lagi hidup. Hahaha.

Alih-alih memutuskan pacaran, spesies jomblo punya alasan atas konsistennya dalam kesendirian. Kau tahu kenapa? Karena jomblo adalah makhluk berbudi luhur. Merebut pacar orang lain atau mengganggu seseorang yang ingin membangun sebuah mahligai pacaran, hanya akan mencoreng status dan nama baik jomblo.

Kau boleh tidak percaya, tapi mari saya beritahu, cukup banyak jamaah jomblo yang sudah tercerahkan hidupnya. Kaum jomblo jenis ini boleh dikata telah mencapai taraf makrifat kehidupan. Mementingkan kebahagiaan seseorang dengan membukakannya jalan menuju hati orang lain--walaupun sebenarnya dia pun punya kesempatan besar untuk itu. Sungguh sebuah tujuan mulia dengan dalih yang cukup sialan rasanya. Boleh muntah? Ya. Hahaha.

Jadi, wahai...kalian-kalian makhluk-berpasangan...berhentilah kiranya menghina jomblo. Sekali kau caci, jomblo punya 1.001 macam cara untuk membuatmu putus dengan kekasih hati. Ancaman yang cukup menyeramkan, memang. Tetapi, itu pun akan dilakukan kalau insan jomblo yang semoga dirahmati Tuhan, merasa terdesak.

Kau tahu?! Ibarat sabar, jomblo (sendiri) juga ada batasnya.

---ALHAMDULILLAH TAMAT---

This entry was posted on 9 Maret 2017 and is filed under ,,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply