Lompobattang dalam Pusaran Badai

Berfoto dalam badai di puncak Gunung Lompobattang.
Dulu...saat pendakian pertama ke Gunung Lompobattang. Berkesan dan bikin tak enak perasaan.

Saya tidak selalu yakin dengan apa yang dinyanyikan Chrisye. Berharap pada tembang populernya "Badai Pasti Berlalu", nyatanya tidak selalu sesuai ekspektasi di gunung. Saat pergi mau pun pulang, pendakian ke Gunung Lompobattang, terus diterjang hujan dan badai.

Selama tiga hari dua malam, piknik ceria ke Gunung Lompobattang lebih banyak dihabiskan di dalam tenda. Hujan dan badai seakan tak ada jeda. Membuat jadwal pendakian, tak sesuai rencana. Niat menghasilkan foto-foto ketjeh yang instragamable...pupus sudah. Kecewa? Ya, tentu. Tetapi kecewa secukupnya saja.

Hingga perjalanan pulang, hujan badai masih mengiringi langkah yang bikin lelah. Turun gunung dengan medan yang terjal dari ketinggian 2.874 mdpl disertai hujan dan angin kencang, tidaklah mudah. Dada berdegup kencang yang daripadanya, kuyakin itu bukan cinta. Tetapi, perjalanan seolah ingin mengantar nyawa kepada Yang Mahakuasa.

Untunglah, masih bisa selamat sampai turun gunung. Dingin badan menggigil, tak berubah menjadi hiportemia. Syukur Alhamdulillah...karena masih ada kesempatan untuk nikah, meski pernah khawatir mati muda. ðŸ˜‚

Sekian lama setelah itu, pada rencana selanjutnya, masih di Gunung Lompobattang pada edisi perjalanan yang kedua...kebahagiaan itu mampir juga. Cuaca cerah dan sangat mendukung untuk bikin foto-foto saya tampak gagah. Hahaha!

Berdoa sebelum turun puncak. Pulang!

This entry was posted on 5 Oktober 2017 and is filed under ,,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply