Dilema Guru Terhadap Perang

Saya baru saja membaca "Dua Belas Pasang Mata". Judul aslinya, Nijushi No Hitomi. Karya Sakae Tsuboi, sudah difilmkan, dan saya punya rencana untuk menontonnya (kalau file-nya ketemu). Novel ini menghadirkan cerita yang luar biasa, bikin gelisah, sedikit-banyak menyisakan luka.

Novel ini menceritakan tentang Miss Oishi, seorang guru yang bertugas di daerah terpencil bernama ... (*sinopsis lengkapnya cari di google. Saya capek ketiknya di sini*) ðŸ˜…


Sebagai sebuah karya imajiner, 'Dua Belas Pasang Mata' menawarkan berbagai permasalahan kemanusiaan dan kehidupan. Pada dasarnya, ini adalah novel anti-perang. Konfliknya cukup kompleks, sebagaimana kisah-kisah guru sejak dulu sampai sekarang.

Miss Oishi dilema. Sekian lama mengajar, ia memutuskan ingin berhenti menjalani profesinya. Sebagai sosok penyayang, Miss Oishi merasa gagal dan tak tega melihat sebagian besar muridnya ingin menjadi tentara. Menjadi tentara tentu tak masuk ke dalam hitungan Miss Oishi. Ia tak pernah mau murid-muridnya kelak mati muda, karena begitu naif memperjuangkan konsep menyelamatkan negara lewat perang.

Suasana perang pada masa itu memang membuat Miss Oishi gelisah. Meski tak mampu menghalangi niat muridnya berperang, tiada lain yang bisa ia berikan selain menitipkan pesan (kurang lebih begini): "Jangan mati cepat, pulanglah dengan selamat."

Bagi Miss Oishi, seharusnya tak perlu ada yang mati di medan perang. Orang-orang harus perjuangkan hidup dan segera pulang.

This entry was posted on 27 Oktober 2017 and is filed under ,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply